Indonesia tampil sebagai kekuatan alternatif yang mengusung semangat damai, seimbang, dan kolaboratif.
Dunia internasional tengah menghadapi babak baru dalam ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Timur Tengah. Krisis antara Israel dan Iran kembali mencuat, memicu kekhawatiran atas stabilitas global, ekonomi, dan keamanan energi. Namun di tengah ketegangan tersebut, Indonesia tampil sebagai kekuatan alternatif yang mengusung semangat damai, seimbang, dan kolaboratif melalui partisipasinya dalam St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia.
Menurut ekonom dan pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam forum tersebut menandai arah baru kepemimpinan global yang tidak hanya berorientasi pada kekuatan, tetapi juga pada kebijaksanaan dan keadilan.
“Prabowo menunjukkan pergeseran dari kekuatan militer ke diplomasi moral. Indonesia menawarkan jalan tengah saat kekuatan besar justru gagal menjaga stabilitas dunia,” ujarnya kepada Alinea.id, Kamis (19/6).
SPIEF 2025 menjadi simbol pergeseran arsitektur geopolitik global ke arah multipolar, di mana negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin mulai mengambil peran lebih aktif dalam percaturan internasional. Dalam forum ini, Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendorong kerja sama energi terbarukan, perdagangan yang adil, dan sistem keamanan kolektif tanpa dominasi sepihak.
Ia menilai standar ganda yang sering ditunjukkan oleh negara-negara besar dalam menyikapi konflik menjadi tantangan tersendiri. Indonesia, menurutnya, hadir dengan pendekatan yang tidak berpihak secara membabi buta, namun juga tidak netral terhadap ketidakadilan.