Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Presiden AS Donald Trump memberi pelajaran tentang pentingnya kepemimpinan strategis.
Pada 2 April lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebutnya sebagai “Liberation Day”, menandai penerapan kebijakan tarif sebagai bagian dari strategi ekonomi nasional. Dalam pandangannya, tarif bukan sekadar alat proteksi, tetapi simbol dari kemerdekaan ekonomi dan kebangkitan industri domestik AS yang selama ini tertekan oleh persaingan global.
Trump, sebagai “Strategist in Chief” Amerika, menggunakan kebijakan perdagangan sebagai senjata utama dalam perang strategi global. Perang dagang bukan hanya soal tarif, tetapi mencerminkan visi besar dalam mengatur ulang posisi Amerika dalam rantai pasok dunia.
Setidaknya terdapat 180 negara terdampak kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Trump, yaitu dengan menggunakan tarif dasar 10%, tak terkecuali Indonesia yang dikenakan tarif tambahan sebesar 32%.
Dari kacamata Indonesia, langkah Trump ini memberi pelajaran tentang pentingnya kepemimpinan strategis. Presiden Prabowo Subianto yang kini memimpin Indonesia juga dikenal sebagai sosok strategis dan pembaca yang tekun. Perpustakaan menjadi ruang kerja utamanya, tempat ia merenungkan dan menyusun berbagai strategi kebangsaan.
Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan, Noudhy Valdryno menilai, strategi nasional harus dipahami sebagai cara mencapai tujuan besar negara. “Setiap presiden adalah pemimpin strategi tertinggi. Indonesia harus siap menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian, seperti perang dagang ini,” jelasnya dalam keterangan, dikutip Senin (7/4).