Musim hujan, pengungsi Rohingya makin terjepit

Pengungsi Rohingya di kamp Cox's Bazar Bangladesh terancam dihantam siklon yang mengakibatkn hujan deras, berbuntut kematian warga.

Ilustrasi pengungsi./ Pixabay

Berbulan-bulan sejak gelombang pengungsi Rohingya ke negara-negara tetangga, kini warga perbatasan Bangladesh itu masih merana.

Khususnya di musim hujan seperti ini, bukan hanya persoalan makanan dan minuman higienis saja yang menghantui. Namun, ancaman bencana alam seperti banjir dan tanah longsor turut menjadi kekhawatiran tersendiri. Mereka yang melarikan diri dari bencana di tanah kelahiran mereka, Myanmar, tapi mereka sendiri menghadapi ancaman bencana alam di negari orang.

“Anggota keluarga kita akan terbunuh. Banyak anak-anak di sini. Kita takut jika hujan akan memicu tanah longsor,” kata Osiur Rahman, pengungsi Rohingya, di Cox’s Bazar, perbatasan Bangladesh.

Rahman tinggal di kamp pengungsian sementara yang beratapkan plastik dan bertiang bambu. Pria berusia 53 tahun itu tinggal bersama sembilan anggota keluarganya.

Lebih dari 700.000 warga Muslim Rohingya melarikan diri dari Rakhine, Myanmar, menuju Bangladesh sejak sembilan bulan lalu. Mereka menghindari ancaman kekerasan yang dilakukan tentara Myanmar. Di Bangladesh, nasib mereka justru tidak lebih baik. Hampir satu juta warga Rohingya tinggal di Cox’s Bazar. Jumlah itu merupakan akumulasi dari pengungsi Rohingya terdahulu yang masih bertahan.