Sejarah panjang sentimen rasial dan imigrasi AS

Sejak kapan muncul sentimen rasial dan pengelompokan diktum ‘imigran ilegal’, di negeri yang dijejali kaum imigran berabad-abad lalu?

Anak kecil Honduras menangis di perbatasan, karena dipisahkan dari orang tuanya./ BBC

Fotografer spesialis daerah konflik John Moore berhasil mengabadikan foto gadis dua tahun dari Honduras, yang terisak memohon pada agen patroli perbatasan, agar ibunya dikembalikan. Dikutip BBC, peraih Pulitzer Prize ini mengaku, foto gadis berbaju merah muda itu menangkap momen paling sentimental sekaligus menyayat, yang terjadi di perbatasan AS-Meksiko, Rio Grande Valley.

Gadis cilik itu hanya satu dari 2.000 anak yang dipisahkan dari orang tua mereka, akibat kebijakan kontroversial Trump ‘zero tolerance’. Kebijakan ini membuat orang tua dikirim ke penjara federal karena dianggap sebagai imigran ilegal, sedang anak mereka ditempatkan di pusat karantina khusus. Sebelum mengirim orang tua ke penjara, sementara ini baik orang dewasa maupun anak dipisahkan dalam ruangan bersekat di eks rumah sakit di Texas. Di dalamnya, juga dilengkapi ruang kecil berisi bayi dan balita. Anggota Partai Demokrat di New Mexico Ben Ray Lujan, mengatakan satu ruangan sanggup memuat sekitar 20 anak.

Di sisi lain, melalui cuitannya di Twitter, Trump menuding Partai Demokrat sebagai biang keladi mengapa Paman Sam dikerumuni para imigran. Ia bahkan menganalogikan kaum pendatang itu sebagai kelompok MS-13, gangster kriminal yang populer pada 1980-an, beranggotakan imigran dari Honduras, Guatemala, dan Nikaragua. Geng ini kemudian diberantas penegak hukum AS, lantaran dianggap berbahaya.

“Ada sekitar 10 ribu anak dari total 12 ribu anak yang dikirim orang tuanya melakukan perjalanan berbahaya. Hanya 2.000 anak yang datang ke AS bersama orang tua. Banyak diantara mereka yang telah mencoba masuk ke negara kita secara ilegal sebelumnya,” tulis Trump di media sosialnya.

Oleh karena itu, ia menganggap kebijakannya sebagai konsekuensi logis dari gelombang imigran yang terus terjadi. Kendati gelombang protes terus mengudara, termasuk dari istrinya Melania Trump, ia tak bergeming. Bahkan, itu tetap jalan terus, meski publik beramai-ramai mengirim surat terbuka pada Jaksa Agung Jeff Session dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen, ihwal pemisahan anak dan orang tua, yang dinilai tak manusiawi ini.