Gangguan mental pada para ayah selama masa perinatal berkorelasi dengan beragam aspek tumbuh-kembang anak.
Para ibu memang menanggung sebagian besar beban untuk tumbuh kembang anak, mulai dari kehamilan hingga masa remaja mereka. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa sang ayah juga punya peran yang tak kalah penting dalam pertumbuhan fisik, emosional, dan kognitif anak-anak.
Diterbitkan di jurnal JAMA Pediatrics, Senin (16/5) lalu, riset itu menemukan bahwa tumbuh kembang anak tidak optimal di bawah asuhan ayah yang menderita gangguan mental. Gangguan mental didefinisikan sebagai gejala depresi, kecemasan, campuran keduanya, atau stres.
“Ini merepresentasikan tinjauan global paling komprehensif hingga saat ini mengenai hubungan antara kesehatan mental perinatal ayah dan perkembangan anak,” kata Delyse Hutchinson, salah satu peneliti senior dalam studi itu seperti dikutip dari CNN.
Temuan itu, kata Hutchinson, terutama berlaku pada periode perinatal, yang membentang dari saat ibu mengandung hingga dua tahun setelah melahirkan. Selama periode ini, janin yang sedang berkembang, bayi, dan balita sangat sensitif terhadap gangguan mental yang dialami orang tua.
Seiring itu, para pria juga rentan mengalami gangguan mental pada masa transisi menjadi orang tua. Pada masa perinatal, 8% pria cenderung mengalami depresi, 11% merasakan kecemasan berlebihan, dan kisaran 6-11 mengalami gejala stres.