Bagi orang tua yang memiliki anak, beban mengambil keputusan ini juga akan bertambah ketika anak mereka menginginkan sesuatu.
Akumulasi risiko menghadapi virus Covid-19 yang terus bermutasi bisa menyebabkan kelelahan, salah satunya dalam membuat keputusan yang logis. Itulah sebabnya manusia sering mengalihkan kelelahan itu dengan pesta makan atau bahkan berbelanja impulsif.
Terkadang, keputusan yang bersifat dilematis seperti siapa yang harus mendapatkan ventilator terlebih dahulu dan ini harus dipikirkan dengan cepat di tengah ketakutan dan tekanan. Masyarakat umum juga lelah mengambil keputusan seperti apakah tidak apa-apa pergi ke gym atau naik transportasi umum.
Di negara-negara industri, rata-rata orang membuat sekitar 35.000 keputusan setiap hari. Namun kini faktor dalam beban keputusan di era baru yang penuh tekanan membutuhkan bentuk pengetahuan yang belum pernah dikenal. Seperti ditulis The Guardian, Jumat (14/1) menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh American Medical Association, seseorang dengan kelelahan keputusan sangat mungkin mengalami kelelahan berpikir. Ketika otak kelebihan beban, ia akan mulai mencari jalan keluar.
Di sini seseorang akan sangat mungkin untuk kehilangan kesabaran dan beralih ke hal-hal yang bersifat impulsif. Kelelahan otak juga bisa mempengaruhi kemampuan manusia untuk mengatur dirinya sendiri.
Sulit untuk merasa baik-baik saja ketika pikiran terbebani, menilai risiko langsung dan konsekuensi. Bagi orang tua yang memiliki anak, beban mengambil keputusan ini juga akan bertambah ketika anak mereka menginginkan sesuatu seperti pergi ke pesta. Lebih sulit lagi jika prinsip yang dianut berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang lain di sekitarmu. Keputusan-keputusan yang diambil juga harus memitigasi terjadinya konflik.