Di masa awal jatuh cinta, tubuh kita dibanjiri zat kimia seperti dopamin dan kortisol, yang membuat kita merasa bersemangat namun juga mudah cemas.
Di era pesan instan dan aplikasi kencan digital, keterlambatan membalas pesan sering kali langsung diartikan sebagai bentuk penolakan atau ghosting. Namun, para pakar hubungan menyarankan untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan. Bisa jadi, orang yang Anda tunggu hanya sedang sibuk — bukan menghilang.
Menurut Monica Berg, pakar hubungan dan penulis buku Rethink Love, banyak orang, khususnya mereka yang memiliki pengalaman emosional kurang stabil sejak kecil, cenderung mengartikan jeda komunikasi sebagai penolakan pribadi.
“Ketika kita memiliki luka lama — seperti merasa tidak cukup atau selalu ditinggalkan — pesan yang tidak kunjung dibalas bisa terasa seperti penegasan dari ketakutan itu,” kata Berg.
Ketika notifikasi jadi sumber kecemasan
Di masa awal jatuh cinta, tubuh kita dibanjiri zat kimia seperti dopamin dan kortisol, yang membuat kita merasa bersemangat namun juga mudah cemas. Akses komunikasi yang terus terbuka melalui pesan teks, DM, dan tanda centang biru menciptakan ekspektasi baru: bahwa pasangan harus selalu responsif.
Berg menjelaskan bahwa keintiman instan seperti ini bisa membuat kita ketagihan, menciptakan pola kecanduan emosional terhadap respons orang lain. Ketika pesan dibalas, kita merasa diterima; ketika tidak, kita merasa ditolak.