Into the Light jelaskan temuan survei kesehatan mental yang mengkhawatirkan

Berdasarkan survei, 40% partisipan memiliki pemikiran melukai diri sendiri maupun berpikir untuk bunuh diri dalam dua minggu terakhir.

Ilustrasi hasil survei kesehatan mental. Foto freepik

Rasa kesepian bisa menjadi tanda awal jika seseorang berada di dalam kondisi mental yang “gawat”. Terlebih jika orang-orang yang diajak berkomunikasi, tidak dapat memahami maksud dan perasaan yang tengah di alami. Rasa kesepian dapat memunculkan adanya rasa cemas, rasa terasingkan, dan yang lebih parah adalah berakhir dengan depresi, yang dapat membuat orang tersebut memilih untuk menggunakan cara yang singkat untuk menyelesaikan masalah.

Hal ini pun didukung dengan adanya survei yang telah dilakukan oleh Into The Light dengan Change.org mengenai masalah kesehatan mental di Indonesia. Berdasarkan suvei, sekitar 98% partisipan merasa kesepian dalam sebulan terakhir, dan 40% memiliki pemikiran melukai diri sendiri maupun berpikir untuk bunuh diri dalam dua minggu terakhir.

Orang-orang yang memiliki kecenderungan melakukan melukai diri (self harm) ataupun bunuh diri datang dari tempat mereka yang tidak mampu mengatasi stres yang mereka alami. Sehingga mereka menggunakan self harm/ keinginan untuk melukai diri untuk melepaskan rasa stres mereka.

Ada yang berpikir jika dirinya merasa lega saat melakukan self harm, sehingga melakukannya secara berulang kali. Pemikiran ingin bunuh diri datang dari lebih dikarenakan, karena seseorang tersebut mengalami rasa sakit yang terus menerus ditambah dengan keputusasaan. Tidak lagi melihat hidup itu menjadi suatu hal yang layak untuk dijalani, karena rasa sakit yang terlalu menghantui. Akhirnya melihat bahwa kematian adalah satu-satunya cara untuk menghentikannya.

“Orang-orang ini tidak datang dari tempat yang berbahagia. Orang-orang ini tidak berasal dari tempat yang tidak damai sejahtera. Melainkan orang-orang yang datang dari tempat yang terluka. Hal ini lah yang perlu kita pahami betul, bagaimana kita bisa melakukan action yang tepat, guna, serta tentunya bisa mendorong perilaku ini bisa dicegah,” ujar pendiri Into The Light Benny Prawira, dalam webinar, Jumat (10/9) malam.