Kisah Paul Foot bukan tentang keterpurukan semata. Ini adalah kisah tentang titik balik, tentang kekuatan pikiran dan tubuh untuk menemukan jalan keluar bahkan ketika semuanya tampak tertutup.
Paul Foot mungkin lebih dikenal sebagai komedian eksentrik asal Inggris yang kerap memancing tawa lewat absurditas dan kejutan tak terduga di atas panggung. Namun, di balik karakter panggungnya yang flamboyan dan surealis, pria berusia 51 tahun ini menyimpan perjalanan batin yang mendalam—dan gelap. Selama hampir tiga dekade, ia hidup dalam bayang-bayang kecemasan dan depresi yang melumpuhkan.
“Saya tidak pernah merasa bahagia. Saya tidak pernah mengalami pasang surut seperti bipolar. Yang ada hanya surut,” ujar Foot dalam salah satu pengakuannya. Ia menggambarkan kondisi mentalnya seperti terkunci di dalam kotak kaca—terlalu depresi untuk keluar, terlalu lelah untuk bergerak.
Namun kisah Paul Foot bukan tentang keterpurukan semata. Ini adalah kisah tentang titik balik, tentang kekuatan pikiran dan tubuh untuk menemukan jalan keluar bahkan ketika semuanya tampak tertutup.
Titik balik di balik kemudi
20 Maret 2022, pukul 16.59. Hari itu, seperti yang diingat Foot dengan detail, ia sedang menyetir sendirian di pinggiran selatan Manchester. Ia baru saja tampil dalam pertunjukan Swan Power di Carlisle dan sempat mampir menemui teman. Tak ada hujan, tak ada musik yang dramatis. Namun di balik kemudi Nissan Micra-nya, terjadi sesuatu yang nyaris tak bisa dijelaskan.
“Saya merasa seperti tersadar dari mimpi,” katanya. “Kesadaran saya meledak. Depresi itu hilang. Semua terasa berbeda.”