Sosial dan Gaya Hidup

“Musik Indonesia tahun 1965 adalah cermin konflik, trauma, sekaligus harapan”

Menurut David, salah satu lagu paling ikonik dari era itu adalah “Genjer-Genjer”.

Jumat, 12 September 2025 13:05

Tahun 1965 menjadi salah satu titik gelap dalam sejarah Indonesia. Situasi politik yang memanas, peristiwa G30S, serta kebijakan Presiden Sukarno yang melarang musik Barat ikut memengaruhi perkembangan musik tanah air. Banyak musisi mengalami tekanan, sebagian bahkan harus berurusan dengan penjara. Namun dari situasi kelam itu, lahir pula karya-karya yang justru menjadi penanda transisi musik Indonesia menuju era baru.

Pemerhati musik David Tarigan menjelaskan, tahun 1965 tidak hanya menandai kekacauan politik, tetapi juga meninggalkan jejak kuat dalam dunia musik.

“Kalau kita ngomong tentang tahun 1965, tentu saja ada rekaman-rekaman yang memang khas tahun 1965. Dalam artian, dia menggambarkan apa yang sedang terjadi pada saat itu,” ujar David saat ditemui Alinea.id di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (10/9).

“Misalnya rekaman lenso di tahun 1965, seperti ‘Mari Bersukaria’ yang dirilis oleh Irama Records dan didukung Bung Karno. Itu adalah upaya tandingan dari musik Barat.”

Menurut David, salah satu lagu paling ikonik dari era itu adalah “Genjer-Genjer”. Lagu ini direkam dalam berbagai versi dan menjadi representasi kuat dari suasana sosial-politik kala itu. Namun, setelah Orde Baru berkuasa, banyak rekaman “Genjer-Genjer” dihancurkan atau dihapus dari piringan hitam, sebuah bukti nyata adanya perubahan besar dalam arah budaya.

Immanuel Christian Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait