Quarter Life Crisis: Krisis paruh baya dan pengaruhnya

Krisis paruh baya atau quarter life crisis jamak dialami orang-orang di kisaran 25 tahun.

Ilustrasi. Freepik

Kamu yang baru saja lulus dari bangku kuliah merasa kebingungan menentukan menentukan rencana hidup selanjutnya. Banyak hal membikin galau seperti apakah karier ini tepat hingga jodoh. Kemudian kamu seolah-olah menjadi orang paling sial karena melihat rekan-rekan sebayamu menempuh jalan yang lebih mudah dengan kehidupan mereka.

Krisis paruh baya atau quarter life crisis jamak dialami orang-orang di kisaran 25 tahun. Dilansir dari Very Well Mind, mengibaratkan krisis ini seperti sedang berjuang menghadapi kematian karena ingin melepas semua tanggung jawab yang kini harus diemban sendiri.

Krisis paruh baya pun akrab dengan kecemasan, stres, dan penyesalan. Namun, kabar baiknya gejolak emosional yang dialami saat krisis paruh baya tidak membuat semua orang mengubah gaya hidup ke arah yang negatif.

Apakah quarter life crisis nyata?

Tidak semua orang mengalami krisis paruh baya. Bahkan, penelitian menunjukkan krisis paruh baya bukanlah masalah bagi orang-orang di banyak bagian dunia. Sebaliknya, krisis paruh baya adalah gagasan yang erat kaitannya dengan konstruksi sosial. Di Amerika Serikat, merujuk pada survei nasional midlife, hanya 26% orang mengalami krisis paruh baya.