Sosial dan Gaya Hidup

Untung-rugi banyaknya pemain asing merumput di liga domestik

Liga 1, yang berganti nama menjadi Super League, menambah jumlah kuota pemain asing menjadi 11 untuk musim depan.

Selasa, 08 Juli 2025 18:05

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan dan luar biasa PT Liga Indonesia Baru (LIB) menghasilkan beberapa perubahan untuk kompetisi sepak bola Liga 1 2025/2026. Salah satunya, BRI Liga 1 akan diubah namanya menjadi BRI Super League. Selain itu, klub-klub yang bakal berkompetisi diizinkan mendatangkan 11 pemain asing, bebas dari mana pun.

“Delapan (pemain asing) yang main, delapan di DSP (daftar susunan pemain). Kalau klub hanya mendaftarkan delapan, ya tidak apa-apa,” ujar Direktur Utama PT LIB, Ferry Paulus di Jakarta, Senin (7/7), dikutip dari Antara.

Aturan penambahan kuota pemain asing di Liga Indonesia, ujar Ferry, bertujuan agar dapat bersaing di Asia. Tanpa mengesampingkan pemain lokal. Untuk regulasi pemain muda, di musim depan setiap klub wajib mendaftarkan lima pemain U-23, yang satu di antaranya wajib bermain minimal 45 menit atau satu babak.

Sebelumnya, regulasi terkait pemain asing kerap berubah. Pada musim 2022/2023, ketentuan pemain asing adalah 3+1 (tiga bebas, satu dari Asia). Pada musim 2023/2024 menjadi 5+1 (lima bebas, satu dari Asia Tenggara). Lalu, pada musim 2024/2025, kompetisi kasta tertinggi di Indonesia menggunakan delapan pemain asing (bebas), tetapi hanya enam pemain yang boleh bermain dalam satu pertandingan.

Aturan soal pemain asing itu sempat mendapat protes dari beberapa pemain lokal pada Juni 2024. Mereka menyuarakan kampanye “Ini Sepak Bola Indonesia?” dengan latar belakang hitam di media sosial Instagram. Beberapa pemain yang menyuarakan kampanye itu, di antaranya kiper Barito Putera Muhammad Ridho, kiper Persija Jakarta Andritany Ardhiyasa, bek PSIS Semarang Alfeandra Dewangga, dan pemain Persib Bandung Beckham Putra.

Kualitas permainan

Penggunaan pemain asing di kompetisi sepak bola di negara mana pun sebenarnya wajar. Namun, bagaimana dampaknya?

Menurut tiga peneliti asal Slovakia, yakni Michal Varmus, Milan Kubina, dan Roman Adamik, di jurnal Sustainability (2020) menyebut, pasar terbuka dan kehadiran pemain asing papan atas telah mengubah budaya sepak bola di Eropa.

Fandy Hutari Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait