Menelisik kuliner Tionghoa

Sepotong fakta sejarah yang menggembirakan ialah, sumbangan masyarakat Tionghoa dalam menambah keragaman kuliner di Nusantara.

Baru saja kita saksikan, kegaduhan tahun politik tak menyurutkan semangat sahabat Tionghoa merayakan tahun baru Imlek 2570.

Justru perayaan Imlek merupakan momentum merefleksikan peran penting komunitas China dalam membangun kemajemukan di Indonesia. Sepotong fakta sejarah yang menggembirakan ialah, sumbangan masyarakat Tionghoa dalam menambah keragaman kuliner di Nusantara.

Contoh paling gampang, kita tengok realitas sosial di kampung halaman Presiden Jokowi yang ditemploki citra negatif: “kota konflik” lantaran timbul kerusuhan etnis beberapa kali.

Terkisah, dalam buku “Njamikan Njamleng” (1959) yang dihimpun Prini Anggraini berisi 114 jenis kue atau makanan ringan dari pengaruh Eropa (misalnya, semprit, tar keju, pastel), Tionghoa (bakpao), dan pribumi (putu, lemper, bakwan jagung).

Pustaka panduan ini, kala itu menjadi rujukan bagi tukang oleh-oleh maupun ibu rumah tangga yang menyibukkan diri di dapur. Meski terhitung komplit, namun dari sekian sederet kue yang tercantum tak menyebutkan serabi. Makanan ringan yang punya makna historis ini luput dipercakapkan.