Buzzer politik kian ramai jelang Pilpres 2019

Semakin dekat dengan Pilpres 2019, kian banyak buzzer politik bayaran demi memuluskan pesta demokrasi di dunia maya.

Di Indonesia, istilah buzzer diartikan sebagai pengguna media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan lainnya, dengan pengikut atau followers ribuan orang. Biasanya, jasa buzzer dibayar sesuai kesepakatan. / Istimewa

Semakin dekat dengan Pilpres 2019, kian banyak buzzer politik bayaran demi memuluskan pesta demokrasi di dunia maya.

Di Indonesia, istilah buzzer diartikan sebagai pengguna media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan lainnya, dengan pengikut atau followers ribuan orang. Biasanya, jasa buzzer dibayar sesuai kesepakatan.

Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menguraikan keresahannya terhadap buzzer politik yang kian marak dan bertebaran di media sosial. Terutama pada masa-masa menjelang Pilpres 2019 seperti sekarang. 

Buzzer politik, menurutnya, kini menjadi lapangan pekerjaan atau profesi yang populer namun tidak memiliki kejelasan. Ketidakjelasan ini, lanjutnya, diakibatkan banyak buzzer yang bersembunyi di balik akun anonim dan tidak memiliki identitas sungguhan.

"Buzzer ini menjadi kebutuhan sekarang, tapi tata caranya kurang bagus dan tidak beretika," tutur Ferdinand di Tebet, Jakarta, Jumat (12/10).