Demonstrasi mahasiswa dinilai salurkan kemarahan masyarakat yang terpendam

Selama ini saluran untuk menyampaikan kritik dan kekecewaan seperti tersumbat.

Massa melemparkan batu ke arah barisan polisi saat unjuk rasa menolak UU KPK hasil revisi dan RUU KUHP, di kawasan Titik Nol Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (27/9). Antara Foto

Pakar psikologi politik, Irfan Aulia, menilai aksi demonstrasi yang dilakukan masyarakat, termasuk pelajar dan mahasiswa, menjadi sarana menyalurkan amarah publik yang terpendam. Penilaian ini dilatarbelakangi kegembiraan warganet, saat merespons video yang beredar di media sosial, saat siswa STM menyerang polisi.

"Saya rasa publik senang karena terwakili. Ini menarik, karena ada kemarahan masyarakat yang terpendam yang tiba-tiba mendapat saluran, ada momentumnya," kata Irfan dalam diskusi "Demo Mahasiswa: Aksi dan Substansi" di Wahid Hasyim, Jakarta, Sabtu (28/9).

Menurut dia, selama ini saluran untuk masyarakat menyampaikan kritik dan kekecewaan pada DPR dan pemerintah seperti tersumbat. Saat demonstrasi pecah, banyak elemen masyarakat yang merasa suara mereka akhirnya mendapat kesempatan untuk didengar.

Dalam kesempatan yang sama, mantan aktivis gerakan 1998, Hari Purwanto, menyayangkan aksi mahasiswa berujung bentrok dengan aparat keamanan.

"Saya tidak mau teman-teman di lapangan merasa bahwa aksi mereka harus bentrok," katanya.