Cerita dari para peretas beda zaman

Di masa lalu, seorang peretas butuh beragam kemampuan khusus sebelum bisa mulai beraksi.

Ilustrasi peretas. Alinea.id/MT Fadillah

Putra Aji Adhari tak menyangka salah kaprah di masa lalu bisa punya pengaruh besar bagi kehidupannya di masa depan. Dikenal sebagai peretas andal, Putra awalnya tak punya niat untuk menggeluti dunia keamanan siber. 

Kini genap berusia 18 tahun, Putra mengenal gagasan peretasan dari sebuah artikel yang ia baca saat masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. Ketika itu, ia pikir artikel yang ia baca soal pemrograman komputer.  

"Ternyata yang saya pelajari bukan pemrograman, melainkan lebih ke penetration test,” ujar Putra saat berbincang dengan Alinea.id, Senin (26/9).

Ketidaksengajaan itu memantik rasa ingin tahu Putra. Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Putra mulai mempelajari seluk-beluk dunia peretasan. Ia langsung terpikat.

Berbasis kuliah dari Google, ia belajar menjadi hacker secara otodidak. Putra mengaku bisa seharian penuh berada di depan layar komputer untuk membaca dan mengaplikasikan teknik-teknik peretasan.