Cerita pegawai KPK pernah ikut TWK di Batujajar: Kami dididik Kopassus

Tes wawasan kebangsaan di KPK tidak sama dengan TWK CPNS.

Sejumlah pegawai KPK saat mengadukan persoalannya ke Komnas HAM RI, Senin (25/5)/Foto Twitter @febridiansyah

Tri Artining Putri, salah seorang pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mengikuti tes wawasan kebangsaan (TWK) mengungkapkan, tes yang disediakan KPK sama sekali berbeda dengan TWK pada umumnya. Putri, sapaan akrabnya, mengungkap ini agar publik mengetahui soal kondisi seputar TWK yang digelar KPK sebenarnya.

"Tes wawasan kebangsaan yang kami jalani di KPK tidak sama dengan tes wawasan kebangsaan yang dijalani CPNS yang selama ini ada narasinya begitu. Narasinya, ya sudah kalau tidak lulus CPNS, pasrah saja dong, jangan nyalahin soalnya," kata Putri dalam diskusi virtual Indoesia Corruption Watch bertajuk "Mengurai Kontroversi Tes Wawasan Kebangsaan", Minggu (30/5).

Putri mengatakan, ada dua hal yang mendasari perbedaan TWK yang digelar KPK dan TWK CPNS pada umumnya. Pertama, setelah sempat mengecek di Google contoh-contoh soal TWK, dia menemukan bahwa TWK mereka jalani sama sekali berbeda dengan TWK yang diikuti CPNS pada umumnya.

"Yang kami jalani adalah indeks berdemokrasi negara. Soalnya kurang lebih 200 soal dari dinas psikologi TNI AD. Di sana kami harus menyikapi kurang lebih 200 pertanyataan. Salah satunya semua China sama saja, semua orang Jepang itu kejam, apakah masa lalu anda suram, percaya hal gaib atau tidak, apakah setuju dengan LGBT atau tidak?," jelas dia.

Perbedaan kedua, lanjut Putri, mereka yang mengikuti TWK bukan CPNS. Adapun mereka mengikuti TWK hanya merupakan perintah Undang-Undang KPK Nomor 7 Tahun 2019 untuk beralih ke ASN.