Pembangunan PLTA Batang Toru ancam kehidupan Orang Utan

PLTA Batang Toru membuat kehidupan orang utan terpisah.

Aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumut mengenakan kostum dan topeng bergambar Orangutan Tapanuli saat berunjukrasa "Tolak Pembangunan PLTA Batang Toru" di depan gedung Bank of China, Medan, Sumatera Utara, Rabu (30/1/2019). Antara Foto

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, bakal mengancam keberlangsungan kehidupan orang utan. Demikian dikatakan Manager Kampanye Perkotaan Walhi, Dwi Sawung.

Pembangunan PLTA Batang Toru, kata Dwi, memaksa orang utan untuk hidup berpisah lantaran terdapat bendungan besar yang dibangun di lokasi PLTA Batang Toru. Hal tersebut bakal memisahkan kehidupan orang utan. Padahal, orang utan biasa hidup berkelompok.

Akibat berpisahnya kehidupan mereka, mengharuskan kawanan orang utan kawin dengan kelompoknya sendiri. Sama seperti manusia, perkawinan sedarah itu meski terjadi pada orang utan juga bakal menimbulkan penyakit genetik. Pada akhirnya, sulit bagi orang utan untuk memiliki keturunan.

“Jadi ancaman punahnya di situ, karena dia tidak mampu mempunyai keturunan lagi,” kata Dwi. 

Berdasarkan catatan Walhi, primata orang utan di kawasan Tapanuli hanya tersisa sekitar 800 ekor. Untuk mengantisipasi punahnya orang utan, Walhi mendesak Bank of China selaku pihak yang mendanai pembangunan PLTA Batang Toru untuk berpikir dua kali mendanai proyek tersebut.