Polusi udara, pabrik pemakai batu bara harus dicek berkala

Batu bara melepaskan sulfur berupa gas belerang dioksidan (SO2) yang menghasilkan partikel karbon hitam dan berdampak buruk bagi kesehatan.

Pemda diminta melakukan pengecekan berkala kepada pabrik-pabrik yang memakai batu bara guna menekan polusi udara di Jabodetabek. Twitter/@AnggaPutraF

Pemerintah daerah (pemda) diminta mengevaluasi pabrik secara berkala dengan memedomani analisis dampak lingkungan. Pangkalnya, salah satu faktor penyebab polusi udara di Jabodetabek adalah aktivitas industri manufaktur, utamanya yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.

"Industri sekitar Jabodetabek harus diperiksa benar masalah amdal dan penanganan polusinya agar sesuai aturan yang ada. Jika terbukti melanggar, pemda harus berani ambil tindakan mencabut izin usahanya," ujar anggota Komisi IV DPR, Daniel Johan, dalam keterangannya, Selasa (15/8).

Menurut politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, pemerintah mesti mengutamakan pengawasan terhadap pabrik-pabrik yang menggunakan bahan bakar batu bara untuk beroperasi. Sebab, batu bara melepaskan sulfur dalam bentuk gas belerang dioksidan (SO2) yang menghasilkan partikel karbon hitam dalam jumlah banyak dan berdampak buruk bagi kesehatan. 

"DPR mendorong pemerintah daerah untuk menggalakkan sosialisasi ke pabrik-pabrik agar tidak menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Untuk pabrik-pabrik yang masih menggunakan bahan bakar dari batu bara harus diganti dengan gas," tuturnya.

Udara di Jabodetabek dalam beberapa waktu terakhir tercemar. Berdasarkan data situs IQAir, kualitas udara Jakarta bahkan terburuk di dunia pada Minggu (13/8) pagi, pukul 06.14 WIB.