Dari Monumental ke Kanjuruhan: Bagaimana laga derby merenggut nyawa 

Rivalitas antara klub sepak bola dan para suporternya kerap berujung tragedi.

Penyerang River Plate Angel Labruna menggiring bola dalam laga derby antara River Plate vs Boca Juniors pada 1950. /Foto Wikimedia Commons

Stadion Monumental, Buenos Aires, Argentina dikepung cuaca dingin pada malam 23 Juni 1968 itu. Laga River Plate vs Boca Juniors baru saja usai di stadion yang jadi kandang River Plate itu. Tak seperti biasanya, laga derby dua klub sepak bola penghuni ibu kota itu berjalan membosankan dengan skor akhir 0-0. 

Para penonton ingin segera pulang. Saat peluit akhir dibunyikan, lautan massa fans Boca memenuhi gerbang (puerta) nomor 12 stadion itu. Lorong sepanjang 80 anak tangga yang menghubungkan stadion dan jalan keluar telah sesak dengan tubuh manusia. Meski begitu, pintu keluar belum juga dibuka.

"Situasinya berbahaya. Beberapa fans membakar bendera River. Yang lain melemparkan petasan, koin, dan gelas urin ke penonton di bagian bawah tribun," ujar Eduardo Amatucci, salah satu saksi tragedi Puerta 12, seperti dikutip dari "Puerta 12: Memorias del horror" yang tayang di Clarin.

Hingga kini, tak ada yang tahu apa atau siapa pemicunya. Namun, sejumlah saksi mata sepakat tragedi Puerta 12 dimulai dari longsor manusia. Seorang penonton mungkin terjatuh dan menimpa penonton lainnya di lorong itu. 

"Ada kepanikan, teriakan-teriakan keras. Ketakutan. Orang-orang di bawah ingin naik. Kami berada di atas satu sama lain dan berada di bawah tekanan mengerikan yang membuat sulit bernapas," ungkap Miguel Durrieu, saksi lain peristiwa itu.