Kemenangan Prancis, kemenangan imigran dan muslim di Piala Dunia

Timnas Prancis ditopang para pemain dengan status minoritas di Piala Dunia 2018.

Paul Pogba dan Kylian Mbappe menjadi pahlawan yang memberikan gelar juara dunia kedua bagi Prancis/ Fifa.com

Timnas Prancis kembali meraih gelar Juara Dunia setelah merengkuh gelar bergengsi ini 20 tahun lalu. Tim berjuluk Les Bleus ini mengubur mimpi Kroasia untuk mengangkat trofi Piala Dunia pertamanya dengan skor 4-2.

Diperkirakan, jutaan warga Prancis tumpah ruah di jalanan mulai dari Paris, Marseille, Lyon, hingga Lille. Orang-orang meniup terompet, membunyikan klakson kendaraan, dan mengibarkan bendera negara.

Suka cita kemenangan itu melupakan sekat-sekat perbedaan di antara mereka. Para warga berkulit berbeda, agama, atau latar belakang keturunan, melebur setelah wasit Nestor Pitana membunyikan pluit panjang tanda akhir pertandingan di Stadion Luzniki di Moskow, Rusia.

Di sisi lain, kemenangan ini menjadi kemenangan para warga migran, terutama keturunan Afrika, dan muslim yang selama ini tersisihkan. Dari 23 nama pemain yang diboyong ke Rusia, sekitar 15 di antaranya memiliki akar Afrika.

Ousman Dembele berdarah Mauritania dan Senegal. N'Golo Kante berasal dari Mali, Blaise Matuidi berdarah Angola dan Kongo, Samuel Umtiti lahir di Kamerun, Presnel Kimpembe dari Kongo, Kylian Mbappe yang menjadi pahlawan anyar di Piala Dunia, adalah pemain keturunan Kamerun dan Aljazair. Daftarnya masih panjang hingga total 15 orang.