3 hal yang memengaruhi perilaku pemilih kaum santri dalam pilpres

Pendekatan calon presiden atau wakil presiden harus dilakukan lewat perilaku pemilik kaum santri, termasuk santri perempuan.

Ilustrasi sosialisasi pelaksanaan pemilu dikalangan santri. Foto: diskominfo.wonosobokab.go.id/

Pondok pesantren dan santri diyakini bakal menjadi salah satu penentu kemenangan bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden. 

"Pertanyaan ini harus kita uji dengan data, menggunakan dua pemilu presiden. Pertama, pilpres di 2004 yang sudah selesai. Datanya bisa kita lihat di KPU. Kedua, Pilpres 2024 yang kini sedang berproses," jelas pendiri LSI Denny JA, Denny Januar Ali, dalam keterangan resminya, Jumat (27/10). 

Mengapa Pilpres 2004 dipilih? Karena menurutnya di momen tersebut, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, menjadi salah satu pelaku utama pilpres. Ia menjadi calon wakil presiden bagi Megawati Soekarno Putri.

Berdasarkan data, kata dia, di putaran pertama Mega dan Hasyim mendapatkan dukungan 28,17% di Jawa Timur, ini wilayah yang menjadi lumbungnya NU. Sementara di wilayah yang sama, Jawa Timur,  SBY-JK mendapatkan 35 3%. Perolahan SBY-JK lebih tinggi.

Di putaran kedua, Mega dan Hasyim mendapatkan 40,35%. Sedangkan SBY-JK mendapatkan 59,65%, di Jawa Timur.