Bau "patgulipat" suara pada Sirekap KPU

Aplikasi Sirekap dipersoalkan sejumlah caleg. Dugaan pencurian suara mengemuka.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) mencoblos di TPS 156, Mekarjaya, Depok, Jawa Barat, Rabu (14/2). Foto Instagram @retno_marsudi

Sistem Informasi Rekapitulasi Suara (Sirekap) yang didesain Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI untuk menghitung hasil pemungutan suara di Pemilu 2024 terus menuai polemik. Belakangan, caleg-caleg di berbagai daerah mengungkap adanya anomali atau bahkan penurunan raihan suara mereka di Sirekap. 

Salah satunya diungkap caleg PDI-Perjuangan di daerah pemilihan III 3 Jawa Timur (Jatim) Chandra Astan. Chandra memergoki raihan suaranya di dapil turun signifikan. Pada 17 Februari pukul 13.40 WIB, suara Chandra turun menjadi 8.157 suara dari 8.800 suara. 

Selang beberapa jam, suara Chandra sempat kembali naik hingga mencapai 11.088 suara. Namun, dalam pantauan terakhir pada 20 Februari 2024 pukul 06.00 WIB, raihan suara Chandra hanya tinggal 7.479. 

"Ini jelas tidak mungkin. Saksi yang kami terjunkan saja 7.722 orang yang jelas sudah deklarasi dukungan untuk kami. Suara saya bahkan sekarang di bawah jumlah saksi," ujar Chandra seperti dikutip dari Detik

Anomali serupa juga diutarakan sejumlah caleg DPR dan DPRD di berbagai daerah. Caleg DPR RI dari dapil Lampung I Alzier Dianis Thabranie mengungkapkan suaranya berkurang dalam aplikasi Sirekap KPU.