Pihak rumah sakit tak bisa sepenuhnya disalahkan dalam kasus-kasus diskriminasi terhadap pasien BPJS.
Berbekal pengeras suara, Edwin Setiawan, 29 tahun, menggelar aksi unjuk rasa sendirian di RSUD Kerawang, Jawa Barat, awal Mei lalu. Tema orasi warga Telukjambe Timur, itu tunggal. Ia memprotes kematian bayinya. Ia menuntut pihak rumah sakit bertanggung jawab.
Kepada juru warta, Edwin bercerita bayinya meninggal karena pelayanan pihak rumah sakit buruk. Akhir April lalu, istri Edwin dibawa ke RSUD Karawang pukul 02.00 dini hari karena pendarahan. Hingga siang hari, sang istri hanya diinfus. Ketika ketuban sang istri pecah, Edwin memohon sang istri segera dioperasi.
Pihak rumah sakit, kata Edwin, meminta menunggu. Operasi baru digelar pada 18.00 WIB. Tiga jam setelah operasi, bayi Edwin meninggal. "Saya menunggu lima tahun untuk punya anak, tapi perlakuannya seperti ini. Di mana rasa kemanusiaan mereka?" kata Edwin seperti dikutip dari Antara.
Sebelum unjuk rasa itu, Edwin mencari tahu proses penanganan medis bagi ibu hamil. Ia belajar dari berbagai sumber. Berbasis informasi itu, Edwin menyimpulkan ada kelalaian dari tenaga medis di RSUD Kerawang.
Ia menduga perlakuan buruk itu diterima lantaran istrinya hanya mengandalkan "perlindungan" dari asuransi BPJS Kesehatan. "Selain lambat dan lalai, khususnya terhadap pasien BPJS seperti saya, ini kan aneh,” kata Edwin.