Face wrapping atau balutan wajah mendadak ramai dibicarakan di jagat media sosial, khususnya di TikTok.
Dulu hanya jadi ritual cantik bagi segelintir penggemar anti-aging garis keras, kini face wrapping atau balutan wajah mendadak ramai dibicarakan di jagat media sosial. Balutan elastis yang mirip balaclava itu digadang-gadang bisa bikin wajah lebih tirus, rahang lebih tegas, dan kulit tampak lebih kencang.
Bukan rahasia lagi, TikTok dan Instagram jadi mesin pengganda tren ini. Tagar #FaceWrapping sudah ditonton puluhan juta kali, memperlihatkan wajah-wajah yang tampak lebih “snatched” setelah balutan dilepas.
Tapi, benarkah selembar kain elastis bisa menyelamatkan wajah dari jowls dan kulit kendur?
Balutan wajah sejatinya bukan barang baru. Sejak Perang Dunia I, kompres wajah dipakai untuk menangani luka dan bekas operasi. Praktik itu makin meluas pada era 1980-an di dunia bedah estetika, dan hingga kini masih digunakan pasien pasca-operasi.
Riset pun mendukungnya. Sebuah tinjauan literatur 2019 menemukan bahwa masker kompresi bisa memperbaiki bekas luka wajah secara signifikan. Selain itu, sebuah studi tahun 2023 pada pasien kanker kulit wajah menemukan hasil estetika yang stabil setelah 10 bulan pemakaian masker tekanan.