close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi perawatan kulit. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi perawatan kulit. /Foto Unsplash
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 06 Oktober 2025 11:06

Benarkah serum exosome efektif untuk skincare?

Riset yang menunjukkan exosome efektif untuk perawatan kulit masih terbatas. Pakar mengingatkan potensi bahayanya.
swipe

Industri kecantikan selalu punya jargon baru. Setelah retinol, bakuchiol, hingga snail mucin, kini giliran exosome serum yang jadi bahan obrolan hangat. Di TikTok, para pecinta skincare menyebutnya “microneedling dalam botol”: cairan ajaib yang konon mampu merangsang produksi kolagen, mempercepat penyembuhan kulit, sekaligus mengurangi pigmentasi dan peradangan.

Namun, di balik euforia itu, ada suara hati-hati. Sejumlah pakar dermatologi mengingatkan bukti ilmiah tentang khasiat exosome dalam perawatan kulit atau skincare masih tipis. Di sisi lain, potensi risiko penggunaan serum itu belum sepenuhnya terjawab. 

Lalu, apa sebenarnya exosome, dan apakah hype ini sebanding dengan harganya yang bisa menembus Rp4 juta per botol di Indonesia?

Secara sederhana, exosome adalah kantung nano berisi “pesan” dari satu sel ke sel lain. Bentuknya kecil, mirip gelembung, yang membawa molekul seperti protein, lipid, hingga mRNA. Ia membantu mengatur cara sel berfungsi dan berkomunikasi.

Pada dekade 1980-an, exosome dianggap sampah sel. Baru satu dekade kemudian ilmuwan menyadari perannya yang aktif. Robin Smith, dokter regeneratif di brand Exoceuticals, menyamakan exosome dengan truk pengantar paket: “Ia datang, menurunkan barang, sekaligus membawa instruksi cara menggunakannya.”

Ilustrasi sel exosome. /Foto dok. Sikora Medical

Dari mana exosome berasal? 

Tentu tak semua exosome baik. Saranya Wyles, direktur dermatologi   regeneratif di Mayo Clinic, mengingatkan potensi bahayanya. Bila berasal dari sel kanker atau sel peradangan, exosome bisa merusak. Tapi, bila sumbernya dari sel regeneratif seperti trombosit, ia bisa memberi sinyal penyembuhan.

Exosome untuk perawatan kulit manusia bisa berasal dari berbagai sumber: jaringan manusia (lemak, trombosit, stem cell), tanaman seperti centella asiatica dan teh hijau, hingga buah seperti semangka dan jeruk bali.

Produk paling murah biasanya memakai exosome berbasis tanaman. Sementara yang termahal—sekitar 250 dolar AS untuk botol 30 mililiter—mengandung exosome manusia, yang diproduksi lewat proses biomanufaktur sesuai regulasi bank darah FDA.

“Pada dasarnya, cairan tempat sel-sel itu tumbuh—semacam ‘sup’—lalu didistilasi menjadi bubuk, dan itulah bahan skincare,” jelas Wyles seperti dikutip dari National Geographic, Senin (6/10). 

Benarkah serum exosome efektif? 

Hingga kini, bukti tentang manfaat exosome pada kulit manusia masih tipis. Sebagian besar riset dilakukan pada hewan. Misalnya, studi 2017 menemukan suntikan exosome bisa mengecilkan bekas luka pada tikus, sementara studi 2020 menunjukkan perbaikan fungsi lapisan kulit.

Untuk manusia, data baru muncul belakangan. Wyles, pada 2024, meneliti 56 orang dewasa yang memakai exosome dari trombosit selama 12 minggu. Hasilnya: lebih dari 87% peserta melaporkan kulit lebih segar, kerusakan akibat matahari berkurang, pigmentasi memudar. Bahkan, uji histologi menunjukkan ketebalan kolagen meningkat.

Meski menjanjikan, studi ini punya keterbatasan besar: tanpa kelompok kontrol atau plasebo. “Kita tidak tahu apakah hasilnya murni dari exosome, atau sekadar efek sugesti,” kata Jordan Glenn, kepala sains di SuppCo. Ukuran sampel juga terlalu kecil untuk jadi bukti kuat.

Apakah exosome berisiko secara medis? 

Sejauh ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drugs Administration/FDA) Amerika Serikat (AS) belum menyetujui penggunaan exosome manusia untuk terapi medis maupun perawatan estetika invasif. Klinik yang melanggar sudah beberapa kali mendapat peringatan.

Untuk produk khusus, exosome masih berada di “zona abu-abu”. Exosome dari tanaman relatif aman, sementara produk berbasis manusia lebih rawan karena risiko kontaminasi patogen. Screening donor, proses kultur, hingga uji sterilitas wajib ketat—tapi standar industri belum seragam.

Wyles memberi perumpamaan: serum skincare ibarat sekantong kacang campur. “Exosome itu seperti pistachio. Banyak brand menjual produk seolah seluruhnya pistachio, padahal kita tidak pernah tahu seberapa banyak pistachio sebenarnya ada di dalamnya.”

Namun demikian, penelitian-penelitian terkait exosome pada 2024 menunjukkan ada sinyal positif, mulai dari perbaikan elastisitas kulit, tekstur, hingga percepatan penyembuhan luka. Namun, bukti klinis pada manusia masih terlalu awal untuk jadi dasar klaim besar.

“Exosome akan jadi hal besar dalam industri kecantikan,” ujar Glenn. “Tapi mungkin butuh lima tahun lagi sebelum ada bukti kuat yang bisa membenarkan harganya yang mahal.”


 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan