close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi face wrapping. /Foto Unsplash
icon caption
Ilustrasi face wrapping. /Foto Unsplash
Peristiwa
Rabu, 20 Agustus 2025 15:05

Face wrapping yang viral di TikTok: Efektif atau sekadar iIlusi?

Face wrapping atau balutan wajah mendadak ramai dibicarakan di jagat media sosial, khususnya di TikTok.
swipe

Dulu hanya jadi ritual cantik bagi segelintir penggemar anti-aging garis keras, kini face wrapping atau balutan wajah mendadak ramai dibicarakan di jagat media sosial. Balutan elastis yang mirip balaclava itu digadang-gadang bisa bikin wajah lebih tirus, rahang lebih tegas, dan kulit tampak lebih kencang.

Bukan rahasia lagi, TikTok dan Instagram jadi mesin pengganda tren ini. Tagar #FaceWrapping sudah ditonton puluhan juta kali, memperlihatkan wajah-wajah yang tampak lebih “snatched” setelah balutan dilepas.

Tapi, benarkah selembar kain elastis bisa menyelamatkan wajah dari jowls dan kulit kendur?

Balutan wajah sejatinya bukan barang baru. Sejak Perang Dunia I, kompres wajah dipakai untuk menangani luka dan bekas operasi. Praktik itu makin meluas pada era 1980-an di dunia bedah estetika, dan hingga kini masih digunakan pasien pasca-operasi.

Riset pun mendukungnya. Sebuah tinjauan literatur 2019 menemukan bahwa masker kompresi bisa memperbaiki bekas luka wajah secara signifikan. Selain itu, sebuah studi tahun 2023 pada pasien kanker kulit wajah menemukan hasil estetika yang stabil setelah 10 bulan pemakaian masker tekanan.

“Tubuh secara alami bereaksi terhadap operasi dengan membengkak, menumpuk cairan,” ujar Foad Nahai, ahli bedah plastik di MetroDerm, seperti dikutip dari National Geography, Rabu (20/8). 

Karena itu, Nahai biasanya meminta pasien facelift-nya memakai balutan hingga satu minggu. “Balutan menekan dan mengurangi pembengkakan, terutama di depan telinga dan leher,” jelas dia. 

Dalam dunia skincare, ada anggapan “semakin ketat semakin baik”. Tapi tidak dengan face wrapping. Nahai justru memperingatkan, kompresi berlebihan bisa menekan pembuluh darah dan mengurangi suplai oksigen ke kulit.

Nahai menyarankan balutan wajah dicuci secara rutin dengan detergen lembut. “Idealnya setiap dua atau tiga kali pemakaian,” kata dia. 

Dari ruang operasi, prinsip ini kini “diadopsi” dunia kecantikan. Para penggemar face wrapping percaya balutan bisa mengurangi bengkak, melancarkan sirkulasi darah, mencegah kulit kendur, sekaligus menegaskan garis rahang.

Namun, para ahli sependapat: efeknya hanya sementara. "Kamu mungkin akan melihat perkembangan tertentu setelah melepas balutannya, mungkin untuk sejam atau dua jam,” kata Glen Nosworthy, dokter estetika sekaligus pendiri Glo by Glen. 

Itu karena balutan membantu menggeser cairan limfatik—zat bening di jaringan lunak yang bikin wajah tampak bengkak.

Nosworthy menambahkan, kalau kulit wajah sudah bisa “dicubit penuh” dengan jari, artinya solusi efektif hanya bisa dilakukan lewat tindakan bedah.

“Bayangkan seperti spons,” jelas Hannah Kopelman, dermatolog di DermonDemand. “Saat ditekan, cairan keluar. Begitu dilepas, spons itu akan menyerap lagi.”

Selain itu, balutan wajah tidak bisa memperbaiki elastisitas kulit yang menurun akibat penuaan alami. “Satu-satunya cara mengubah kulit kendur adalah dengan memengaruhi kolagen, elastin, atau distribusi lemak. Kompresi tidak bisa melakukan itu,” ujar Kopelman.

Aman asal tak lama 

Secara umum, face wrapping relatif aman. Asal, tidak dipakai terlalu ketat atau terlalu lama. Kopelman mengingatkan, balutan bisa memicu iritasi kulit, memperparah dermatitis atau rosacea.

“Kalau tujuannya untuk foto atau acara singkat, ini bisa jadi solusi instan,” kata Kopelman. “Tapi saya tidak melihatnya sebagai solusi jangka panjang.”

Kalau tujuannya adalah rahang lebih tegas, para ahli punya resep yang lebih membumi. Partama, jaga gaya hidup sehat: batasi paparan sinar matahari, jangan merokok, dan pastikan kulit tetap terhidrasi.

Kedua, perawatan non-invasif, semisal dengan mencoba facial drainase limfatik untuk mengurangi cairan berlebih, dilanjutkan dengan pijat wajah menggunakan gua sha.

Ketiga, latihan wajah dengan memperkuat otot rahang dan leher agar kontur wajah tetap terjaga. Terakhir, tindakan medis. Semisal untuk kulit kendur parah, tindakan dermatologi atau bedah kosmetik tetap jadi pilihan paling efektif.

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan