close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto: Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Foto: Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 21 Juni 2025 11:08

Puluhan pasien suntik botox alami gejala botulisme yang mengancam nyawa

Botox memang dapat menjadi solusi cepat untuk tampil lebih muda, tetapi jangan pernah lupa bahwa ini adalah prosedur medis — bukan sekadar perawatan ringan di salon.
swipe

Di balik kilau dunia kecantikan, sebuah peringatan serius datang dari Inggris. Puluhan orang dilaporkan mengalami gejala mirip botulisme, kondisi langka namun berpotensi mengancam jiwa, setelah menjalani prosedur suntik Botox di wilayah timur laut negara tersebut. Kasus ini kini menjadi sorotan serius otoritas kesehatan.

Kekhawatiran ini bermula ketika beberapa pasien datang ke rumah sakit di wilayah Durham dengan keluhan tidak biasa: kelopak mata turun drastis, penglihatan ganda, kesulitan menelan, hingga bicara yang terdengar tidak jelas. Seiring waktu, laporan serupa terus berdatangan. Hingga Jumat lalu, tercatat 28 orang mengalami gejala yang diduga berkaitan dengan prosedur Botox.

Otoritas Kesehatan dan Keamanan Inggris (UKHSA) pun langsung bergerak. Mereka menduga pasien-pasien ini mengalami botulisme iatrogenik — yaitu jenis botulisme yang muncul ketika terlalu banyak toksin botulinum (zat aktif dalam Botox) disuntikkan ke dalam tubuh. Racun ini bekerja dengan melumpuhkan otot-otot, yang dalam konteks kosmetik berguna untuk mengurangi kerutan, tetapi dalam dosis berlebih dapat berbahaya.

“Botox memang berasal dari racun, meski dalam kadar yang sangat kecil dan terkontrol,” jelas Dr. Joanne Darke dari UKHSA. “Karena itu, sangat penting hanya melakukan prosedur ini melalui praktisi yang berlisensi dan berpengalaman.”

Yang mengejutkan, beberapa pasien diketahui menjalani suntikan dari oknum yang diduga tidak memiliki izin resmi, atau menggunakan produk tiruan yang dijual secara ilegal. Badan Regulasi Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) tengah menyelidiki dugaan perdagangan produk Botox palsu di wilayah ini.

Dr. Alison Cave dari MHRA menegaskan bahwa Botox termasuk dalam kategori obat resep, yang hanya boleh digunakan di bawah pengawasan tenaga medis yang kompeten. “Kami sedang menyelidiki laporan ini secara menyeluruh dan tidak menutup kemungkinan adanya tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam penyediaan produk ilegal,” katanya.

Sejauh ini, pihak berwenang belum menemukan bukti adanya kontaminasi dalam produk yang digunakan. Namun penyelidikan masih terus berlangsung, terutama karena gejala botulisme bisa muncul bertahap — dari beberapa hari hingga bahkan empat minggu setelah injeksi.

Yang sedikit melegakan, menurut UKHSA, jumlah kasus baru mulai menunjukkan penurunan. Praktisi yang terkait dengan mayoritas kasus pun disebut sudah berhenti menjalankan prosedur ini. Meski begitu, masyarakat tetap diimbau waspada, dan segera mencari bantuan medis bila mengalami gejala mencurigakan setelah perawatan estetika.

Fenomena ini mengingatkan bahwa di balik tren kecantikan yang semakin populer, tetap ada risiko yang tak boleh diabaikan. Botox memang dapat menjadi solusi cepat untuk tampil lebih muda, tetapi jangan pernah lupa bahwa ini adalah prosedur medis — bukan sekadar perawatan ringan di salon.

Jangan ragu untuk bertanya, memverifikasi izin praktisi, dan memastikan produk yang digunakan berasal dari sumber resmi. Karena dalam urusan kesehatan, terutama yang menyangkut wajah dan sistem saraf, langkah aman lebih baik daripada penyesalan di kemudian hari.(cnn)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan