Tahun lalu, untuk pertama kalinya, Oropouche merenggut korban jiwa. Virus ini kini menyebar ke luar Amazon. Indonesia aman?
Hingga beberapa tahun lalu, Oropouche hanyalah nama penyakit tropis yang nyaris tak terdengar di luar hutan Amazon. Kasusnya pun terbilang sedikit: sebelum 2023, hanya ratusan kasus per tahun, sebagian besar di pedalaman Amerika Selatan.
Namun, keadaan berubah drastis. Virus itu bermutasi, menjangkiti ribuan orang di berbagai negara yang sebelumnya tak pernah mencatat kasus serupa. Tahun lalu, untuk pertama kalinya, Oropouche merenggut korban jiwa: dua perempuan muda yang sebelumnya sehat.
Meski kematian tetap jarang, lonjakan kasus kembali terjadi. Di Amerika Serikat, jumlahnya masih rendah—baru satu kasus terkonfirmasi tahun ini—namun tren di belahan Barat dinilai cukup signifikan untuk membuat para ilmuwan waspada. Data Pan American Health Organization (PAHO) mencatat, sepanjang 2025 ada lebih dari 12.000 kasus terkonfirmasi di 11 negara. Inggris bahkan melaporkan kasus pertamanya.
“Angka sebenarnya bisa lebih tinggi. Kita tidak tahu berapa banyak yang tanpa gejala," kata William de Souza, virolog di Kentucky College of Medicine, seperti dikutip dari National Geographic, Senin (25/8).
Oropouche pertama kali diidentifikasi pada 1955. Virus ini dibawa oleh serangga kecil bernama biting midge (Culicoides paraensis), hewan pengisap darah yang hidup di banyak penjuru dunia, terutama di daerah pedesaan.