Peristiwa

Gontai setelah tumbang di Jakarta, publik sepak bola China masih merawat mimpi

"Banyak yang memiliki harapan abadi bahwa sepak bola China dapat bangkit kembali," katanya.

Senin, 09 Juni 2025 11:11

Ketika peluit akhir dibunyikan di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta (5/6), dan papan skor menunjukkan 1-0 untuk Indonesia, tidak hanya pertandingan yang selesai, tetapi juga sebuah perjalanan panjang penuh harapan dari jutaan rakyat China yang memimpikan kembali melihat bendera merah dengan lima bintang berkibar di panggung Piala Dunia FIFA.

Namun di Stadion Sepak Bola Chongqing Longxing, yang berkapasitas 60.000 penonton dan terletak di barat daya negeri itu, satu hal mengejutkan tetap terjadi: semua tiket untuk pertandingan tidak penting melawan Bahrain pada hari Selasa (10/6) telah terjual habis. Antusiasme ini menjadi paradoks abadi sepak bola Tiongkok—cinta yang besar, tetapi seringkali tak dibalas dengan prestasi.

Kenangan indah 2002
Dua dekade lalu, tepatnya pada Piala Dunia 2002, China untuk pertama kalinya mencatatkan sejarah dengan menembus putaran final. Dipimpin oleh pelatih legendaris Bora Milutinovic, meski pulang tanpa satu pun poin atau gol, kehadiran mereka di pentas dunia disambut sebagai lompatan besar dalam sejarah olahraga mereka. Saat itu, masyarakat, media, hingga pemerintah China punya harapan realistis: bahwa ini adalah permulaan dari era baru dominasi sepak bola Asia oleh China.

Tapi ternyata, itulah puncaknya. Sejak 2002, tidak ada satu pun Piala Dunia yang kembali menampilkan China sebagai peserta.

Harapan pupus di Jakarta
Kini, impian itu kembali harus dikubur dalam setelah kekalahan menyakitkan dari Indonesia. Tiongkok kini berada di dasar klasemen Grup C.  

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait