Centang perenang komunikasi politik Jokowi

Presiden Joko Widodo dinilai gagap merespons isu dan kondisi sosial politik. Gaya komunikasi politiknya juga kerap melahirkan blunder.

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Mensesneg Pratikno (kanan) dan Anggota Tim Komunikasi Presiden Arie Dwipayana (kiri) menjawab pertanyaan wartawan terkait tudingan Setya Novanto kepada Menteri PMK Puan Maharani dan Seskab Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (23/3)./ Antarafoto

Beberapa waktu lalu saat gelombang protes terhadap UU MD3 menguat, Presiden Joko Widodo curi panggung dengan berkoar-koar soal keengganannya meneken UU itu. Tak ayal sikap Jokowi ini direspon dingin sejumlah aktivis, yang tergabung dalam koalisi masyarakat sipil tolak UU MD3. Salah satu pegiatnya yang juga merupakan Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center, Roy Salam, menganggap sikap Jokowi tak lebih dari sekadar aksi akrobat politik.

Menurutnya, akrobat politik itu tampak dari sikap presiden dan pernyataannya yang enggan menandatangani UU MD3, tapi kemudian mempersilakan publik untuk menggugat ke MK. Berangkat dari situ, Roy memandang Jokowi sebagai pemimpin yang miskin keberanian terutama saat dihadapkan pada masalah. Di matanya, mantan Walikota Solo itu dinilai latah melempar bola panas, namun meminta bawahannya untuk menyelesaikan. "Lempar batu sembunyi tangan," katanya pada Alinea.

Bukan hanya sekali ada blunder dalam langgam komunikasi Jokowi. Sebelumnya dalam pertemuan dengan peserta forum Brookings Institution Amerika pada 2015, Jokowi juga melempar pertanyaan dari audiens kepada menteri-menterinya dan enggan menjawab sendiri. Saat dimintai respons soal film “Dilan” yang ia tonton bersama putrinya pun, Jokowi mengomentari dengan terbata.

Yang terbaru, saat polemik sertifikasi lahan mengemuka, Jokowi juga tak terang-terangan bicara. Justru Luhut Binsar Pandjaitan yang vokal menanggapi isu ini. Bahkan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman itu tak ragu merespons kritik Amien Rais sebagai upaya penjatuhan kredibilitas jelang pemilu, jika tak disertai bukti-bukti yang memadai. Luhut juga kedapatan mengancam akan mencari dosa-dosa politik politisi PAN tersebut.

Kendati pihak istana lewat staf khusus presiden bidang komunikasi Johan Budi menegaskan, pernyataan luhut bukan cerminan sikap Jokowi. Namun publik terlanjur bereaksi, menghubungkan Jokowi dengan ancaman Luhut.