close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Joko Widodo bersama sang istri, Irana Joko Widodo, menjajal kereta cepat Jakarta-Bandung, awal Oktober 2023. /Foto Instagram @Jokowi
icon caption
Presiden Joko Widodo bersama sang istri, Irana Joko Widodo, menjajal kereta cepat Jakarta-Bandung, awal Oktober 2023. /Foto Instagram @Jokowi
Peristiwa
Jumat, 24 Oktober 2025 19:01

Mungkinkah Jokowi dijerat skandal Whoosh?

Isu dugaan mark up pembangunan proyek kereta cepat Whoosh berembus. Di media sosial, warganet meramaikan tagar #WhooshGate.
swipe

Kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh kembali menuai polemik. Isu dugaan mark up pembangunan proyek raksasa itu berembus. Di media sosial, warganet meramaikan tagar #WhooshGate, mengacu pada dugaan adanya korupsi dalam pembangunan kereta cepat pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu. 

Pengamat politik Rocky Gerung juga turut angkat suara. Dalam sebuah forum bertajuk "Refleksi 1 Tahun Pemerintahan Prabowo Subianto dalam Perspektif Hukum, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya", Rocky berpendapat skandal Whoosh harus diselidiki. 

"Pak Prabowo harus berani. Demi demokrasi, demi keadilan, demi kesetaraan, izinkan aparat untuk memeriksa skandal Whoosh,” ujar Rocky dalam sebuah potongan video yang beredar di media sosial. 

Rocky dikenal sebagai analis yang rutin mengkritik Jokowi. Dengan nada satire, ia mengaku mendukung proyek kereta cepat. "Karena jalurnya akan mempercepat perjalanan seseorang dari Solo menuju Cipinang," kata Rocky. 

Sebelumnya, Rocky juga sempat menyoroti respons "dingin" Jokowi saat ditanya wartawan perihal pemerintah yang ogah membayar utang proyek Whoosh menggunakan APBN. "Jokowi pilih diam dan berbalik badan," tulis Rocky di akun Thread @rocky_gerung. 

Eks Menko Polhukam Mahfud MD juga sempat angkat bicara soal skandal dugaan korupsi Whoosh. Dalam podcast "Terus Terang" yang tayang di akun YouTube Mahfud MD Official, Mahfud mengendus adanya selisih antara biaya pembangunan versi Indonesia dan versi China. 

Mahfud menyebut kalkulasi versi Indonesia di angka sekitar US$52 juta dolar per kilometer. Padahal, hitungan dari pihak China hanya sekitar US$17–18 juta dolar per kilometer. Jika benar, biayanya membengkak hingga tiga kali lipat. 

"Ini siapa yang menaikkan? Uangnya ke mana? Naik tiga kali lipat. 17 juta dolar AS ya, dolar Amerika nih, bukan rupiah, per kilometernya menjadi 52 juta dolar AS di Indonesia. Nah itu mark up. Harus diteliti siapa yang dulu melakukan ini,” ujar Mahfud. 

Pernyataan Mahfud direspons Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Juru bicara KPK Budi Prasetyo meminta agar Mahfud melaporkan dugaan mark up itu melalui saluran pengaduan KPK. "Silakan dapat menyampaikan aduan tersebut kepada KPK," kata dia. 

Lewat cuitan di akun X, Mahfud mengaku siap dimintai keterangan. Ia menjelaskan informasi mengenai dugaan mark up mulanya diketahui dari diskusi yang dihadiri pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo dan ekonom Antoni Budiawan yang disiarkan di Nusantara TV. 

"Panggil saja saya dan saya akan tunjukkan siaran dari Nusantara TV tsb. Setelah itu panggil NusantaraTV, Antoni Budiawan dan Agus Pambagyo untuk menjelaskan. Bukan diperiksa loh, tapi dimintai keterangan," ujar Mahfud.

Apa peran Jokowi dalam proyek Whoosh?

Whoosh resmi beroperasi pada Oktober 2023. Didampingi sejumlah menteri, Presiden Jokowi bersama sang istri, Iriana Jokowi, hadir dalam peresmian kereta cepat pertama di Indonesia dan juga Asia Tenggara itu. 

"Kereta cepat ini kita namakan WHOOSH, W, H, OOSH, dibaca wusss. ini diinspirasi dari suara yang melesat dari kereta berkecepatan tinggi ini," ujar Jokowi saat memberikan sambutan pada saat meresmikan Whoosh di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur. 

Whoosh digagas Jokowi sejak 2015, ditandai dengan terbitnya Perpres No. 107 Tahun 2015. Perpres itu mengatur “patungan” pembiayaan antara PSBI dan China Railway International Company Ltd yang belakangan berganti nama menjadi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). 

Digarap sejak 2016, Whoosh menelan total biaya US$ 7,26 miliar atau setara Rp 119,79 triliun dengan asumsi kurs Rp16.500/US$. Angka tersebut termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,21 miliar atau setara Rp19,96 triliun dari nilai investasi awal yang ditetapkan senilai US$6,05 miliar atau sekitar Rp99,82 triliun.

Mayoritas porsi dana pengerjaan proyek Whoosh diperoleh dari utang pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga utang mencapai 3,3% dan tenor hingga 45 tahun. Kini, pemerintahan Prabowo diperkirakan harus menanggung beban utang Rp2 triliun per tahun karena proyek itu. 

Ironisnya, keputusan Jokowi untuk menggandeng China dalam proyek Whoosh sempat banjir kritik. Sejumlah analis menilai skema pendanaan proyek itu membebani pemerintah. Apalagi, Jepang pernah menawarkan skema pinjaman dengan bunga hanya 0,1% per tahun. 

Saat meresmikan Whoosh, Jokowi sempat menyebut kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proyek besar merupakan hal yang wajar. "Biaya kesalahan juga akan makin menurun dan pada akhirnya biaya produksi, biaya proyek, lama-kelamaan juga akan makin rendah,” ucap dia. 

Presiden Joko Widodo (kiri) saat menjajal naik Kereta Cepat Whoosh. Foto: BPMI Setpres/Kris.

Bagaimana kinerja Whoosh saat ini? 

Alih-alih untung, Whoosh justru terus-menerus merugi. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, PSBI didera utang Rp4,195 triliun sepanjang 2024. Artinya, konsorsium BUMN Indonesia harus menanggung rugi dari beban KCIC sebesar Rp11,493 miliar per hari.

Kerugian itu masih berlanjut hingga tahun ini. Pada paruh pertama di tahun ini, PSBI sudah membukukan kerugian Rp1,625 triliun. Sebagai pemimpin konsorsium, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memegang porsi saham terbesar di PSBI, yakni 58,53% sesuai penugasan yang diberikan pada masa pemerintahan Jokowi.

"Akumulasi kerugian tersebut menandakan KCIC selaku pengelola Kereta Whoosh masih menghadapi tekanan pembiayaan dan menjadi masalah yang belum teruraikan," kata Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha M Rachbini dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Kamis (23/10) lalu. 

Kerugian Whoosh terutama karena target jumlah penumpang yang tak tercapai. Pada 2024, misalnya, jumlah penumpang kereta Whoosh hanya sekitar 6,06 juta orang atau hanya 37% dari target. Padahal, Whoosh harus menanggung biaya perawatan dan operasional yang sangat besar. 

Apa kata Jokowi soal polemik utang Whoosh? 

Hingga kini, Jokowi belum angkat bicara soal polemik utang Whoosh. Namun, Ketua Umum Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi berpendapat Whoosh justru salah satu karya monumental warisan Jokowi. 

"Kan kajian sudah dilakukan. Kalau syarat secara technical-nya tanya yang berkompeten, ya, (Kementerian) Perhubungan dan pihak-pihak terkait," kata Budi kepada wartawan di kediaman pribadi Jokowi di Solo, Jumat (24/10). 

Terkait utang kereta cepat Whoosh yang menggunung, Budi menegaskan bahwa hal tersebut merupakan investasi dalam jangka panjang. "Itu investasi. Detailnya tanya (yang berkompeten), ini kan investasi,” ujar eks Menteri Koperasi itu.  

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan