Kampanye capres-cawapres masih pentingkan sensasi

Bertujuan untuk meningkatkan popularitas dengan menarik simpati masyarakat.

Sejumlah tokoh dari berbagai elemen di Banten mengangkat tangan bersama saat mengikuti Deklarasi Pemilu Damai Anti Kampanye Hitam di Serang, Banten, Senin (29/10)./AntaraFoto

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menilai selama satu setengah bulan terakhir, kampanye capres-cawapres lebih mengedepankan isu yang sensasional ketimbang hal-hal dengan substansi. 

Isu-isu sensasional tersebut bertujuan untuk meningkatkan popularitas dengan menarik simpati masyarakat. Namun, karena kedua pasangan calon baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto sudah relatif dikenal oleh publik, maka strategi tersebut sudah tidak efektif.

Hal ini hanya akan memicu naiknya loyalitas pemilih masing-masing namun tidak mengedukasi atau memaparkan rencana jangka panjang kedua paslon. 

"Pemilih berharap ada gagasan yang muncul dan ada kontras yang lebih jelas antara kedua paslon, itu yang belum kita jumpai," jelas Adjie di Menteng, Jakarta, Sabtu (17/11).

Karena minimnya isu kebijakan yang diangkat dan kerap menyerang isu personal, Adjie khawatir pemilih akan beranggapan kedua kandidat sama-sama buruk.