Otoriter tanpa represif, Jokowi bisa bikin Soeharto iri

Perbedaan Jokowi dan Soeharto dalam memimpin terletak pada perangkat legal yang digunakannya.

Presiden Jokowi menghadiri WEF Special Virtual on Indonesia melalui video konferensi dari Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Rabu (25/11/2020). Dokumentasi Setpres

Gaya kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap seperti dilakukan Soeharto, tetapi tanpa embel-embel represif. Alasannya, tindakan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menggunakan aparatur negara untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya bak pendahulunya tersebut.

"Saya pikir, beliau (Jokowi) tidak terlalu lemah. Saya cenderung mengatakan, bahwa bahkan Jokowi bisa membuat Soeharto itu iri karena dia bisa berkuasa seperti Soeharto tanpa menjadi represif," kata pengamat politik Made Supriyatma dalam telekonferensi, Minggu (27/12).

Dirinya menjelaskan, perbedaan antara Jokowi dan Soeharto terletak pada perangkat legal yang digunakannya. Rezim hari ini memakai perangkat hukum yang sah, seperti Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) serta aparat kepolisian.

"Dia mewarisi UU yang 'sangat baik'. Saya tulis di beberapa media soal ini. Seperti dia mewarisi UU ITE. Dia bisa memenjarakan lawan-lawan politiknya tanpa represif, cukup dengan menggunakan polisi saja, menggunakan kekuatan polisi yang sah," paparnya.

Made pun mengatakan, Jokowi merupakan politisi terjenius yang ada saat ini. Dalihnya, memainkan peran sebagai penyeimbang di antara berbagai macam kekuatan dan menempatkan dirinya sebagai pusat kekuatan.