sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kiprah Ari Ashkara, dari Pelindo berakhir di Garuda Indonesia

Ari Ashkara tetap tak dicopot oleh Rini Soemarno dari jabatannya meski kebijakannya banyak menuai masalah.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Jumat, 06 Des 2019 21:22 WIB
Kiprah Ari Ashkara, dari Pelindo berakhir di Garuda Indonesia

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero), I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau akrab disapa Ari Askhara resmi dicopot dari jabatannya oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thorir, pada Kamis (5/12).

Pencopotan itu ditengarai karena Ari terbukti menyelundupkan onderdil motor Harley Davidson dan sepeda lipat Brompton di dalam kargo pesawat baru Airbus A330-900 milik Garuda Indonesia yang dikirim dari Toulouse, Prancis ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Padahal, karir pria kelahiran 13 Oktober 1971 itu terbilang moncer di era bekas Menteri BUMN Rini Soemarno. Setidaknya Rini telah menempatkan Ari beberapa kali dalam jajaran direksi BUMN sejak 2014.

Pada awal berkarir di Mei 2014, pria berusia 48 tahun itu didapuk menjadi Direktur Keuangan PT Pelindo III (Persero). Perjalanan karir Ari di Pelindo III tapi tak berlangsung lama. Dia langsung dipindahtugaskan ke PT Garuda Indonesia.

Melalui mekanisme pemilihan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Ari terpilih menjadi Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia pada Desember 2014. Praktis, Ari hanya mengemban tugas tersebut selama dua tahun.

Pada 2016, Rini memindahkan Ari menjadi Direktur Human Capital dan Pengembangan Sistem PT Wijaya Karya (Persero). Seperti jabatan sebelumnya, lulusan S2 Administrasi Bisnis International Finance Universitas Indonesia itu hanya menjabat selama setahun.

Selanjutnya, Rini kembali menarik Ari ke Pelindo III dan memberikan promosi menjadi Direktur Utama pada Mei 2017, tetapi Ari hanya menikmati jabatan tersebut selama 1 tahun 4 bulan.

Hingga akhirnya Ari didapuk menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia pada September 2018. Saat menjabat sebagai direktur utama di maskapai penerbangan plat merah itu, karir Ari tak melulu mulus. Pada akhir 2018 Ari dihadapkan pada persoalan melonjaknya harga tiket pesawat terbang.

Sponsored

Ketika itu, Garuda Indonesia dituding menjadi biang kerok atau yang memprakarsai naiknya harga tiket pesawat. Akibat kebijakan itu, maskapai lainnya ramai-ramai mengikuti jejak Garuda Indonesia menaikkan harga tiket pesawat. Meski pemerintah sempat berang, namun hal tersebut belum cukup alasan bagi Rini untuk melengserkan Ari dari Direktur Utama Garuda Indonesia.

Petugas Bea Cukai menyiapkan barang bukti pada konferensi pers terkait penyelundupan motor Harlery Davidson dan sepeda Brompton menggunakan pesawat baru milik Garuda Indonesia di Kementerian Keuangan, Jakarta. Antara Foto

Di tahun berikutnya atau pada 2019, memasuki triwulan pertama Garuda Indonesia di bawah kendali Ari kembali mendapat sorotan lantaran tersandung skandal laporan keuangan perusahaan yang diduga direkayasa. 

Dalam laporan tersebut, emiten berkode GIAA itu mengklaim telah meraih untung sebesar US$ 809,840. Padahal, pada 2017 Garuda Indonesia merugi hingga US$ 216,58 juta. Persoalan itu kemudian ramai di masyarakat setelah kedua komisaris Garuda Indonesia yakni, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak meneken laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.

Setelah ditelusuri, persoalan laporan keuangan itu ditengarai karena piutang Garuda Indonesia dianggap sebagai bagian pendapatan. Piutang itu terkait kerja sama pengadaan layanan hiburan dan konektivitas Wi-Fi dengan PT Mahaka Aero Teknologi.

Garuda Indonesia ketika itu diduga telah merekayasa laporan keuangan perusahaan. Sampai-sampai Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan turun tangan melakukan investigasi terhadap laporan keuangan tersebut.

Hasilnya, baik Kementerian Keuangan maupun Otoritas Jasa Keuangan, menyatakan ada pelanggaran pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018. Alhasil, Menteri Keuangan, Sri Mulyani bersama OJK menjatuhkan sanksi kepada pihak Garuda Indonesia dan auditor publik yang mengaudit laporan tersebut.

Belum cukup sampai di situ, Garuda Indonesia di bawah kepemimpinan Ari juga mempunyai polemik kerja sama operasi (KSO) dengan Sriwijaya Air. Kala itu, Garuda Indonesia melalui anak usahanya Citilink mengambil alih operasional Sriwijaya dan NAM Air. Namun belakangan, Sriwijaya Air memulangkan orang Garuda Indonesia yang duduk di kursi jajaran direksi.

Tak hanya itu, hubungan kedua maskapai itu semakin memanas ketika GMF AeroAsia yang merupakan anak usaha Garuda memutuskan hubungan kerja sama dengan Sriwijaya Air. Pemutusan kerja sama itu ditengarai karena maskapai Sriwijaya telah menunggak pembayaran hingga Rp 800 miliar. Kedua maskapai tersebut memilih untuk tak rujuk, sehingga memutuskan berpisah pada awal November 2019.

Meski dirundung sejumlah masalah, Rini Soemarno pun nyatanya tetap tak memecat Ari dari jajaran direksi Garuda Indonesia. Ari tetap dipertahankan hingga berakhir masa jabatan Rini  sebagai Menteri BUMN pada 23 Oktober 2019.

Setelah masa kepemimpinan berganti di tangan Erick Thohir, karier Ari pun harus terhenti lantaran terbukti menyelundupkan onderdil motor Harley Davidson dan sepeda lipat Brompton di kargo pesawat baru Airbus A330-900 milik Garuda Indonesia.

Atas penyelundupan 15 koli kotak berisi onderdil motor Harley Davidson dan tiga koli kotak berisi dua sepeda Brompton, tercatat ada potensi kerugian negara sebesar Rp532 juta hingga Rp1,5 miliar. Berdasarkan penelusuran Kementerian Keuangan, untuk harga motor Rp800 juta per unitnya. Sementara nilai sepeda Brompton sekitar Rp50 sampai Rp60 juta per unit.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid