sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berbisnis sehat anti boncos ditipu 'orang kepercayaan'

Membangun bisnis harus disertai dengan perencanaan keuangan yang sehat.

Kartika Runiasari
Kartika Runiasari Kamis, 23 Nov 2023 20:05 WIB
Berbisnis sehat anti boncos ditipu 'orang kepercayaan'

Membangun bisnis memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membesarkan usaha hingga beromzet besar bahkan seringkali benar-benar berawal dari nol. Risiko kegagalan pun kerap membayangi perjalanannya. Alih-alih untung, bisnis bisa boncos jika ‘orang kepercayaan’ justru tanpa disadari menggelapkan keuntungan.

Seperti terjadi pada seorang wanita yang membagikan kisahnya ketika ditipu karyawan kepercayaan hingga miliaran Rupiah. Alfyera Alvionita menceritakan kisahnya tersebut di media sosial. Pengusaha produk kecantikan di Serang, Banten ini baru mengetahui, karyawan kepercayaan yang juga teman dekatnya menggelapkan dana perusahaan hingga Rp1,3 miliar.

Hal ini bermula dari kecurigaannya saat stok toko berkurang signifikan namun omzet justru menurun. Ternyata, karyawan bernama Fuja kerap mengambil uang tunai dari kasir dan dimasukkan ke tasnya sendiri. Hal ini pun terekam CCTV toko distributor skin care tersebut.

"Perputaran uang susah sekali, saya kesulitan untuk belanja barang," kata Alfyera.

Setelah melakukan investigasi, Fuja yang menjaga toko diketahui menjadi dalang menurunnya penghasilan toko. Bahkan, ia kerap hidup hedon yang sangat tidak masuk akal dengan penghasilannya.

“Semua story-nya lagi hedon dan jalan-jalan. Aku di-hide sama dia,” ungkapnya.

Ia pun baru mengetahui sang ‘orang kepercayaan’ kerap bolak-balik liburan ke Bali, staycation, membeli mobil, tas branded, smartphone mewah dan lainnya dari hasil menggelapkan dana toko miliknya.

Kasus ini pun menjadi pelajaran berharga bagi semua pengusaha. Terutama bagi Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) yang kerap menemui kendala dan kegagalan.  Menanggapi hal itu, selebritas Hesti Purwadinata pun membagikan tipsnya dalam menjalankan bisnis parfum bersama partnernya. “Pentingnya pencatatan keuangan, itu harus bisa diakses bersama. Kalau mau bertindak jahat pasti ada celah, tapi kebaikan pasti nomor satu,” ujar pemain sitkom ‘Lapor Pak’ ini di sebuah sesi Talkshow di Jakarta, Kamis (23/11).

Sponsored

Hesti mengaku terlibat langsung dalam bisnis brand parfum Hipnoza miliknya. Tak hanya sekadar menjadi Brand Ambassador, Hesti juga terlibat langsung dalam launching produk, marketing, hingga perencanaan bisnis ke depan demi bisa berkembang. Ia pun menggandeng partner dan pihak-pihak yang lebih ahli dalam bisnis kecantikan yang merupakan bidang baru untuknya.
“Pilih partner yang terpercaya dulu, enggak bisa ujug-ujug,” selorohnya.

Sementara itu, Financial Planner Lolita Setyawati menilai dalam menjalankan bisnis baik usaha kecil maupun besar harus ada pemisahan rekening usaha dan pribadi. Untuk mengantisipasi terjadinya fraud, perlu ada pembagian tugas dalam hal transaksi, pencatatan, dan yang tertinggi melakukan otorisasi. 

“Jadi semua berlevel, kalau masih kecil CEO bisa terjun langsung, kalau usaha udah besar otorisasi bisa tunjuk orang, enggak bisa satu orang aja yang pegang,” ungkap certified financial planner dan Founder Daya Uang ini, Kamis (23/11).

Namun dia menekankan satu hal yang pasti, dalam membangun bisnis yang sukses tidak lepas dari perencanaan keuangan yang sehat. Dia pun membagikan tips agar para pengusaha UMKM memiliki kebiasaan sederhana ini agar tidak boncos. Pertama, memisahkan rekening pribadi dengan rekening bisnis. Menurutnya, rekening yang tidak terpisah menjadi kesalahan umum yang dilakukan para pebisnis.

“Ini bisa fatal. Bisa jadi keuangan pribadi tergerus untuk modal usaha atau sebaliknya keuangan usaha diambil untuk pribadi,” katanya.

Lolita menambahkan, pemilik bisnis memang bisa mengambil hasil keuntungan dari omzet usaha. Namun, agar lebih teratur sebaiknya keuntungan diambil melalui sistem penggajian. Besarannya dihitung berdasarkan persentase profit atau kebutuhan owner dalam sebulan.

“Harus bisa atur cash flow bisnis dan keuangan pribadi, salah satu enggak sehat pasti ngaruh ke salah satunya,” bebernya.

Kedua, seperti halnya perencanaan keuangan lainnya, pemilik bisnis juga harus memiliki dana darurat 6 sampai 12 kali pengeluaran sebulan. Selain itu, susun pula dana cadangan untuk usaha minimal untuk tiga kali operasional per bulan. Misalnya, untuk berjaga-jaga saat ada kebijakan pemerintah yang berimbas pada jalannya bisnis, turunnya omzet hingga membayar gaji karyawan.

Dia menekankan rumus ini terbukti ampuh kala pandemi Covid-19 mendera tahun 2020 lalu. “Saat pandemi yang bertahan adalah mereka yang punya dana darurat,” tambahnya.

Dia menyarankan dana tersebut minimal dianggarkan untuk kebutuhan pribadi dan usaha selama 6 bulan. Namun, jangan pula terlalu berlebihan karena dana yang menganggur juga merugikan bagi keberlangsungan bisnis.

Ketiga, pebisnis minimal memiliki asuransi kesehatan. “Untuk pengusaha karena menggaji diri sendiri jadi enggak ada yang cover asuransi, minimal BPJS Kesehatan, jangan sampai bolong bayar karena sekali enggak bayar maka enggak dapat pelayanan BPJS.

Selanjutnya, jika memiliki dana lebih pebisnis bisa memiliki asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Hal ini berguna untuk mengantisipasi ketika pebisnis mengalami sesuatu hal ahli waris masih bisa hidup dengan normal. 

Keempat, pemilik usaha juga perlu disiplin mencatat dan menyusun laporan keuangan. Mulai dari laporan laba rugi, laporan penjualan, laporan pembelian, laporan persediaan, dan terakhir neraca. 

“Kalau disiplin nyatet selain bisa lihat perkembangan usaha juga bisa deteksi fraud misal stok barang kok kurang. Fungsi lain, laporan ini berguna kalau pemilik usaha butuh tambahan modal,” tambahnya.

Terakhir, pebisnis bisa mencari alternatif permodalan untuk ekspansi agar bisnis semakin berkembang. Modal, kata dia, bisa berasal dari simpanan pribadi, namun tidak semua orang bisa mempunyai hal ini. Selain itu, bisa pula dengan kolaborasi bersama rekan sebagai investor. Namun, hal ini juga perlu hati-hati karena risikonya lebih banyak dan berpotensi merusak hubungan pertemanan. 

“Terakhir ada fintech peer to peer (P2P) lending, karena enggak semua UMKM bankable sehingga enggak mampu ambil kredit ke bank. Syaratnya banyak, rumit dan lama prosesnya padahal butuh suntikan modal cepat,” bebernya.
 

Berita Lainnya
×
tekid