sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Biaya logistik masih tinggi, Kalog diminta turunkan tarif

Biaya logistik nasional yang saat ini sekitar 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Selasa, 03 Sep 2019 18:32 WIB
Biaya logistik masih tinggi, Kalog diminta turunkan tarif

PT Kereta Api Logistik (Kalog) diharapkan mampu menurunkan biaya logistik yang masih tinggi. Hal itu untuk mendukung penurunan biaya logistik nasional yang saat ini sebesar Rp1.820 triliun atau sekitar 24% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Ketua Umum Masyarakat Kereta Api (Maska) Hemanto Dwiatmoko menjelaskan dari jumlah itu, sektor transportasi mengambil porsi yang terbesar yakni 60% dari biaya logistik.

“Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan kereta api logistik dalam transportasi barang,” katanya.

Hermanto mengatakan seharusnya peran kereta api logistik bisa lebih besar dalam angkutan logistik karena sudah banyak infrastruktur perkeretaapian dibangun.

"Di jalur Pantai Utara Jawa, jalur kereta api sudah dibangun ganda, sehingga kapasitas perjalanan kereta bisa ditambah," kata Hermanto.

Namun, menurut dia, pembangunan infrastruktur itu tidak cukup karena masih belum terhubung dengan pelabuhan dan sentra-sentra produksi.

“Kalau pun sudah terhubung, sarana bongkar muat barang untuk kereta api harus juga dilengkapi,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulmafendi mengatakan peran kereta api dalam angkutan barang masih sangat kecil, yakni hanya satu persen dari total pengangkutan.

Sponsored

Sebesar 90% pengangkutan, masih dilakukan angkutan truk, namun pertumbuhan volume barang yang diangkut tiap tahun terus meningkat.

Jika pada 2016 volume barang hanya 32,49 juta ton, tahun 2017 meningkat menjadi 40 juta ton, dan tahun 2018 naik lagi menjadi 45,2 juta ton.

"Ada banyak kelebihan yang didapat dengan pengangkutan kereta api. Misalnya kepastian waktu, kapasitas angkut yang besar, efisien, emisi gas buang yang rendah, dan keamanan,” katanya.

Namun, kata dia, pengangkutan dengan kereta barang juga mempunyai kekurangan, seperti belum adanya layanan dari pintu ke pintu  sehingga biaya penanganan lebih mahal dibanding moda truk.

"Total waktu angkut lebih lama dan kurang fleksibel," jelas Zulmafendi.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, Direktorat Jenderal Perkeretapian telah membuat rencana strategis pembangunan perkeretaapian, misalnya membangun jalur ganda di Jawa dan Sumatera, reaktivasi jalur kereta, integrasi jalur kereta dengan pelabuhan, membangun jalur baru kereta yang menghubungkan sentra-sentra produksi seperti industri, pertambangan, perkebunan, pertanian dan lainnya dengan pelabuhan.

Meskipun demikian, Zulmafendi mengatakan untuk membangun itu tidak bisa mengharapkan hanya anggaran dari pemerintah secara keseluruhan.

"Anggaran yang dibutuhkan Rp35,96 triliun. Anggaran itu tidak bisa dipenuhi semuanya oleh pemerintah. Perlu ada kerja sama dengan BUMN dan sektor swasta," tegasnya.

Sementara itu direktur Utama PT Kereta Api Logistik Hendy Helmi mengatakan pertumbuhan volume angkutan barang yang diangkutnya mengalami pertumbuhan rata-rata 18,8% setiap tahun dan pertumbuhan ini akan terus terjaga hingga lima tahun ke depan.

Pertumbuhan yang sangat positif itu tetap terjadi walaupun masih banyak kendala belum teratasi. “Misalnya, saat ini sentra-sentra industri tersebar di mana-mana dan jauh dari jalur kereta api, sehingga menimbulkan inefisiensi dalam handling," ujar Hendy.

Selain itu, dominasi barang masih satu arah, yakni Jakarta ke Surabaya hingga kapasitas penuh. Sementara arah Surabaya ke Jakarta ke Surabaya hanya terisi 20-40 persen dari kapasitas armada. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid