sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BPS ungkap penyebab turunnya surplus neraca dagang Indonesia

Penurunan surplus neraca perdagangan dipicu adanya peningkatan impor yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspor.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 18 Apr 2023 11:02 WIB
BPS ungkap penyebab turunnya surplus neraca dagang Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 sebesar US$2,91 miliar. Capaian itu mengalami penurunan dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$5,48 miliar.

“Surplus neraca perdagangan di Maret 2023 ini cukup melemah. Karena jika dibandingkan pada bulan lalu, turun dari US$5,48 miliar,” kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi, dikutip Selasa (18/4).

Surplus ini berasal dari ekspor yang mencapai US$23,50 miliar atau naik 9,89% (mtm) dan impor sebesar US$20,59 miliar atau naik 29,33% (mtm). Ini artinya menurut Imam, penurunan surplus neraca perdagangan dipicu adanya peningkatan impor yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspor.

Pada sisi ekspor, sektor nonmigas menjadi penyumbang terbesar dari total ekspor Maret 2023 yaitu mencapai 94,30% atau senilai US$22,15 miliar. Sedangkan 5,7% atau US$1,35 miliar berasal dari ekspor migas.

“Bahan bakar mineral (HS 27) menjadi komoditas ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan nilai ekspor tertinggi, yaitu mencapai US$568,8 juta atau naik sebesar 14,29%,” tutur Imam.

Adapun komoditas penyumbang ekspor nonmigas lainnya yang mengalami peningkatan adalah logam mulia dan perhiasan atau permata (HS 71) mencapai US$528,4 juta (naik 93,04%), bijih logam, terak, dan abu (HS 26) mencapai US$218,8 juta (naik 52,28%), besi dan baja (HS 27) mencapai US$141,9 juta (naik 6,59%), dan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) mencapai US$97,9 juta (naik 19,48%).

Sedangkan di sisi impor, bahan baku atau penolong menyumbang 73,41% dari total impor pada Maret 2023 atau setara US$15,11 miliar. Disusul impor barang modal sebesar US$3,71 miliar dan impor konsumsi US$1,76 miliar.

“Mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) merupakan komoditas dengan peningkatan nilai impor paling tinggi di Maret 2023 yaitu US$582,9 juta atau naik 29,45%,” ucapnya.

Sponsored

Komoditas impor nonmigas lainnya yang mengalami pertumbuhan nilai antara lain, besi dan baja (HS 72) senilai US$382,2 juta (naik 45,52%), mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) senilai US$358,2 juta (naik 15,65%), kendaraan udara dan bagiannya (HS 88) senilai US$274,2 juta (naik 17,28%), dan plastic dan barang dari plastik senilai US$212,9 juta (naik 32,05%). 
 

Berita Lainnya
×
tekid