sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BTS, Blackpink, dan menggeliatnya perekonomian Indonesia

Penetrasi budaya Korea di Indonesia kian masif karena media sosial.

Nurul Nur Azizah
Nurul Nur Azizah Jumat, 22 Jan 2021 18:12 WIB
BTS, Blackpink, dan menggeliatnya perekonomian Indonesia

Emong Bacin (27) tak jarang dibuat ngiler dengan makanan yang disantap oleh pesohor asal Korea Selatan dalam adegan sebuah drama. Betapa tidak, pemain drama sering menampilkan babak yang menyantap makanan dengan lahap sehingga menggugah selera.

Tak hanya di drama, karyawan sebuah perusahaan swasta itu juga kepincut penganan dalam mokbang yang berseliweran di lini masa media sosialnya. Mokbang adalah video yang mempertontonkan orang memakan banyak makanan untuk hiburan.

Selain tampilan kulinernya yang menarik, aksi tokoh mukbang dalam menampilkan kelezatan makanan juga menghibur. Emong pun menjadi penasaran dan ingin mencicipi makanan asal negeri ginseng itu.

Dari sekian banyak kuliner khas Korea, dia paling menggemari jajanan street food seperti ramyeon dan tteokbokki

“Cara orang Korea makan sangat menggugah selera ya. Enggak ada jaim-jaimnya. Padahal kadang, pas dicicipi ya enggak seenak yang terlihat,” ujar Emong sambil tertawa, saat berbincang dengan Alinea.id, Selasa (19/1). 

Penganan khas Korea tteokbokki. Pixabay.com.
Perempuan yang kini tinggal di Karawang, Jawa Barat itu, jatuh cinta dengan budaya korea sejak 2006. Mulai dari Korean drama atau K-drama, K-food, K-style, hingga K-pop. 

Emong juga menjadi fan grup asuhan YG Entertainment, yaitu Big Bang dan Blackpink. Saking gemarnya, dia getol membeli barang dagangan alias merchandise resmi milik kedua grup tersebut, seperti album, lightstick, baju hoodie, dan lainnya.   

“Produk yang terlihat bagus saat mereka (Big Bang dan Blackpink) pakai, pasti aku tertarik membeli. Kayak barang misalnya baju, sepatu, dan sebagainya,” imbuhnya. 

Sponsored


Geliat K-wave

Istilah K-Wave atau ‘Korean wave’ kini tak asing lagi di telinga. Beberapa tahun ke belakang, tren yang berkiblat pada figur publik Korea Selatan ini banyak digandrungi semua kalangan, khususnya remaja.  

K-wave mendorong adanya adaptasi. Mulai dari tata rias wajah, fesyen, kuliner hingga berbagai gaya hidup idola dari boyband atau girlband K-pop hingga film dan drama Korea.

Beberapa jajanan Korea sempat viral di Indonesia. Sebut saja Dalgona coffee yang resepnya banyak dijajal oleh masyarakat kala awal pandemi Covid-19. Pun demikian dengan Korean Garlic Bread yang menjadi dagangan kekinian.

Tak ketinggalan camilan khas Korea Selatan seperti tteokbokki dan jajangmyeon. Juga corn dog yang populer berkat serial drama Korea ‘Start Up’, yang belum lama ini merampungkan episode terakhirnya.

Pakar Marketing Yuswohady mengatakan budaya Korea lebih mudah populer dan diterima oleh masyarakat Indonesia lantaran memiliki kedekatan tersendiri. Yakni, rumpun Asia dengan ciri fisik tak jauh beda, namun tetap mengakomodir modernitas.

“Koneksinya lebih kuat, berbeda dengan Eropa dan AS (Amerika Serikat) yang kulitnya sudah beda, hidungnya beda,” imbuhnya saat berbincang dengan Alinea.id

Grup K-pop Blackpink membawakan single Lovesick Girls di acara TokopediaWIB TV Show 25 November 2020. Foto tangkapan layar Youtube Tokopedia.

Pakar kuliner William Wongso mengakui kecerdikan Korea Selatan dalam melecut K-wave untuk menggaet konsumen kuliner Korea. Hal ini tercermin dari banyaknya rumah makan hingga produk-produk kuliner Korea yang makin banyak diminati. 

“Mereka (Korea) pintar banget, lewat K-pop sampai drama. Itu kerjanya serentak. Didukung oleh pemerintah juga. Terus saja, selalu datang yang baru,” ujar William kepada Alinea.id, Selasa (19/1). 

William menjelaskan, K-wave termasuk di bidang kuliner memang bukan hal baru di Indonesia. Trennya sudah ada lebih dari satu dekade silam. Namun menurutnya, saat ini trennya makin berlipat ganda imbas dari masifnya teknologi digital. 

“Dengan menggunakan media-media yang menarik untuk mencari simpati dan penggemar,” kata dia.  

Hal senada pun juga menerpa dunia fesyen tanah air. Advisory Board Indonesian Fashion Chamber (IFC) Dina Midiani mengatakan K-wave dalam hal gaya berbusana juga menjadi satu tren yang banyak diminati. Menurutnya, Korea Selatan mampu membangun citra pakaian disertai dengan desainer yang karya-karyanya mendunia.

Style-nya disukai karena lebih kontemporer, gaya modernnya terasa. Terus dengan gelombang K-pop dan drama-drama Korea, ini makin booming,” kata Dina saat dihubungi Alinea.id, Selasa (19/1). 

Di masa pandemi ini, lanjutnya, K-wave juga tetap bisa mendapatkan peluang makin berkembang. Termasuk, mendapatkan penggemar baru karena maraknya paparan budaya Korea di berbagai platform digital. 

“Semua orang work from home (WFH), banyak yang jadi penggemar Korea baru. Ada yang sebelumnya enggak biasa nonton Korea, jadi suka,” imbuhnya.  

Dina menyampaikan, penggemar fesyen bernuansakan Korea ini jumlahnya tak bisa disepelekan. Perkiraannya mencapai lebih dari 50% segmen pasar utamanya anak muda. 
Tak heran bila pelaku-pelaku fashion kreatif lokal pun turut memanfaatkan gelombang tren ini.

Ia mengatakan, banyak pebisnis fashion yang menjajakan produk Korea ataupun melakukan modifikasi fashion. Ini dilakukan dengan adaptasi bahan-bahan yang lebih ringan hingga menyesuaikan dengan fashion untuk hijab. 

“Pemakaian baju yang berbeda karena kita punya musim yang berbeda dengan Korea. Selain itu, Indonesia juga memiliki masyarakat muslim,” katanya. 

Demam Korea terbukti membawa berkah bagi pegiat usaha di Indonesia. Data platform marketplace Tokopedia menunjukkan pelaku bisnis yang menjual makanan khas Korea, seperti tteokbokki dan jajangmyeon, menjadi lebih laris. Peningkatan penjualannya bisa mencapai lebih dari 6 kali lipat dalam setahun terakhir (Data Tokopedia, Desember 2020).

Strategi bisnis 

Sejumlah perusahaan di Indonesia juga memanfaatkan ketenaran selebritas asal Korea dengan memboyongnya menjadi brand ambassador. Tujuannya, untuk menarik banyaknya penggemar militan baik di dalam maupun luar negeri.

Sebut saja Tokopedia yang menggandeng grup global BTS sebagai brand ambassador. Dilansir dari media sosial resmi Tokopedia, perusahaan teknologi besutan William Tanuwijaya ini bahkan akan kembali mengundang BTS dan Blackpink dalam malam perayaan festival bulanan Waktu Indonesia Belanja (WIB) pada Senin, 25 Januari 2021 mendatang. 

Grup K-pop BTS (Bangtan Boys), tampil di atas panggung selama Penghargaan Golden Disc ke-35 di Seoul, Korea Selatan pada 10 Januari 2021. Foto: Golden Disc Awards via Reuters.
“Sejak Juli 2020, Tokopedia konsisten menghadirkan acara WIB TV Show dengan berbagai tema setiap bulannya demi memberikan pengalaman berbelanja menarik juga menghibur bagi masyarakat,” kata Vice President Tokopedia Kevin Mintaraga dalam keterangan resminya, Rabu (20/1). 

“Harapannya, inisiatif berkelanjutan ini juga dapat turut berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi yang saat ini terdampak pandemi,” kata Kevin.

Yuswohady menyebut strategi perusahaan dengan memanfaatkan K-wave ini merupakan hukum pasar. Tokoh Korea disebut bisa membantu bisnis dalam menggaet kesadaran brand ataupun pelanggan. 

Terlebih di era media sosial ini, dia mengatakan, dampak K-wave berpotensi semakin besar karena jangkauan pasar yang kian luas. Pasalnya, media sosial punya dua keunggulan yakni lebar dan dalam. Artinya, bisa menjangkau lebih luas dan bisa menggaet personal secara dua arah. 

Brand itu akan mengambil yang follower-nya besar. Jadi, para artis ini punya customer atau basis fan yang besar,” kata Yuswohady. 

Menggaet artis global sebagai duta merek juga membawa atensi global ke Indonesia. Hal itu terlihat dari WIB Tokopedia pada Juli 2020 lalu. Saat itu, tagar Tokopedia X BTS nangkring menjadi trending worldwide nomor satu dan merajai trending Twitter Indonesia.

Strategi pemasaran ini secara tidak langsung akan memupuk citra baik perusahaan-perusahaan Indonesia di mata global. Meski perusahaan tak menyasar konsumen global, namun ceruk pasar penggemar Korea di dalam negeri sangat besar.

Endorser bakal memoles kinerja perusahaan. Dengan demikian, investor asing juga akan masuk ke perusahaan tersebut. 

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah investor asing gencar menanamkan investasi, khususnya ke perusahaan teknologi buatan Indonesia. Sebut saja, Google dan Temasek yang mengucurkan investasi ke Tokopedia. Lalu, Microsoft yang memberikan suntikan dana ke Bukalapak. Juga, Traveloka yang menerima dana dari institusi keuangan global sebesar US$250 juta atau setara dengan lebih dari Rp3,5 triliun.

Masuknya investasi asing ini akan kembali ke masyarakat. Lapangan pekerjaan makin banyak, kesejahteraan masyarakat meningkat, sehingga mendorong pemulihan ekonomi nasional.

"Marketplace seperti Tokopedia menggerakkan UMKM. Jika investor asing masuk, platform maju, maka partner, seller akan bertambah dan lapangan pekerjaan meningkat. Banyak pedagang UMKM yang terlibat di situ, sehingga otomatis akan menggerakkan perekonomian," tutup Yuswohady. 

Berita Lainnya
×
tekid