Fenomena set-jetting—tren wisata di mana orang mengunjungi lokasi yang pernah tampil dalam film atau serial televisi—sudah lama mendongkrak pariwisata di Thailand, Hawaii, Italia, hingga Kroasia. Namun, bukan hanya Hollywood yang memetik keuntungan dari tren ini. Korea Selatan pun ikut memainkan peran besar lewat K-drama.
Gelombang Korea—yang mencakup K-pop, film, dan drama—telah menjelajah jauh melampaui batas negeri ginseng. Sebagian besar rumah produksi K-drama memang tetap menjadikan Korea Selatan sebagai latar utama, tapi kini mereka makin rajin menjajal lokasi syuting lintas benua. Tak heran, drama-drama itu berhasil memantik rasa penasaran para penggemarnya untuk menyusuri langsung tempat-tempat yang mereka lihat di layar kaca.
Dari Seoul ke Interlaken
Salah satu contoh paling mencolok datang dari Swiss. Setelah drama Crash Landing on You tayang sebelum pandemi, sejumlah kota kecil di negara pegunungan itu—Interlaken, Grindelwald, Iseltwald—tiba-tiba dibanjiri wisatawan Asia.
Vitali Raietskyi, staf di agen tur Open Up Swiss, awalnya tak pernah menonton K-drama. Tapi begitu turis Asia mulai berdatangan, ia pun melahap 16 episode drama populer itu. “Turislah yang memberi kami ide untuk membuka paket wisata,” kata Raietskyi, seperti dikutip dari National Geographic.
Tak lama kemudian, lahirlah signature day tour ke lokasi-lokasi ikonis serial tersebut. Hingga kini, tur itu masih menjadi salah satu yang paling laris, diminati wisatawan dari Indonesia, Singapura, Vietnam, hingga Filipina.
Paket tur ini membawa pengunjung menyusuri panorama Alpen Swiss, Jembatan Panorama Sigriswil, hingga Danau Brienz—latar kisah cinta tak mungkin antara seorang pewaris kaya asal Korea Selatan dan perwira Korea Utara.
Carmen Fuchs dari Jungfrau Railways mengakui adanya peningkatan signifikan dari pasar Korea maupun negara lain yang terpengaruh budaya K-drama. Bahkan, banyak pengunjung secara khusus meminta rute menuju lokasi syuting seperti Kleine Scheidegg, Jungfraujoch, dan Grindelwald.

Québec, pintu merah, dan jejak Goblin
Bergeser ke Amerika Utara, Québec City ikut kecipratan berkah berkat drama Goblin. Hotel ikonis Fairmont Le Château Frontenac mencatat kenaikan pemesanan tamu Korea hingga 500 persen. Saking populernya, hotel itu bahkan meluncurkan paket khusus “Goblin Package.”
Dalam cerita, aktor Gong Yoo berperan sebagai goblin abadi yang bisa berteleportasi lewat pintu merah menuju Québec City, tempat ia membeli hotel megah itu. Kawasan Petit-Champlain—distrik belanja tertua di Amerika Utara—menjadi portal magis. Para penggemar pun kini berbondong-bondong menjajal tangga legendaris Breakneck Stairs atau menyesap manisnya maple taffy di toko-toko mungil.
Québec City seolah disulap jadi panggung drama itu: dari teras Pierre-Dugua-De Mons dengan pemandangan Sungai St. Lawrence, hingga taman Samuel-Holland di distrik Saint Sacrement. Bahkan jika tak sempat menginap, cukup berdiri di depan Château Frontenac saja sudah cukup membuat penggemar terhubung dengan cerita.

Bulan madu ala Queen of Tears di Jerman
Serial Queen of Tears (2024) ikut mengangkat pesona Jerman ke layar global. Seperti dialami Nadia Lau, blogger asal Singapura, enam bulan setelah menonton drama itu, ia terbang ke Berlin dan Potsdam untuk menapaktilasi rute bulan madu pasangan utama.
"Menjalani mimpi Queen of Tears di Berlin. Mengunjungi titik-titik ikonik di film itu rasanya seperti memasuki dunia drama. Siapa di sini yang penggemar?" tulis Nadia Lau di akun Instagram pribadinya, @nadnut.
Katedral Berlin, Alun-Alun Tua Potsdam, hingga Sanssouci Palace menjadi saksi romansa dalam serial ini. Otoritas pariwisata Visit Berlin bahkan merilis daftar resmi lokasi syuting, lengkap dengan rute jalan kaki di tepi Sungai Spree, Air Mancur Neptunus, hingga pasar Winterfeldtmarkt. Sanssouci, istana bergaya Rococo abad ke-18, kini ramai dijejali penggemar yang ingin berfoto di tangga pasir tempat adegan kenangan pasangan itu direkam.

Granada, gim augmented reality, dan Alhambra
Tak semua K-drama bicara cinta manis. Memories of the Alhambra menawarkan misteri dan fiksi ilmiah, berlatar gim realitas augmentasi di Granada, Spanyol. Namun, bintang sesungguhnya dari serial ini adalah Alhambra—kompleks istana peninggalan bangsa Moor yang kini menjadi situs warisan dunia UNESCO.
Pemandangan Alhambra dari Mirador de San Nicolas bahkan dijadikan poster promosi serial. Meski sebagian adegan difilmkan di Girona, Spanyol, dan Slovenia, atmosfer Granada tetap terasa kuat. Serial ini membuat penonton ingin menjejak ruang-ruang megah seperti Court of the Lions, dengan ukiran dan arsitektur yang memikat.

Kembali ke desa nelayan Pohang
Meski begitu, magnet utama K-drama tetap tanah kelahirannya: Korea Selatan. Dua drama populer—Hometown Cha Cha Cha dan When Camellia Blooms—membawa sorotan ke Pohang, kota industri baja yang di sekelilingnya tersebar desa-desa nelayan mungil.
Suasana komunitas kecil yang hangat, nelayan di Desa Seokbyeong-ri, pasir pantai Wolpo, hingga semangkuk Mulhoe—sup ikan mentah dingin dengan kuah pedas—menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa lokasi syuting bahkan sengaja dipertahankan, lengkap dengan mural dan papan toko dari serial, menghadirkan nostalgia bagi para penggemar.
Singkatnya, K-drama bukan hanya produk hiburan. Ia juga mesin promosi pariwisata lintas benua. Dari desa nelayan Pohang, balkon tua di Québec, istana megah Sanssouci, hingga puncak Alpen Swiss—drama Korea membuktikan satu hal: layar kaca bisa menjadi kompas baru bagi para pelancong dunia.


