sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Dekopi beberkan tantangan pengembangan kopi Indonesia

“(Tantangan) harus dikerjakan secara bersama. Dekopi juga tidak bisa menyelesaikannya sendiri."

Clarissa Ethania
Clarissa Ethania Jumat, 01 Okt 2021 18:22 WIB
Dekopi beberkan tantangan pengembangan kopi Indonesia

Ketua Umum Dewan Kopi Indonesia (Dekopi), Anton Apriyantono, menyatakan, peluang kopi Indonesia sangatlah besar karena diapresiasi secara nasional ataupun internasional. Sayangnya, masih banyak menemui tantangan dalam pengembangan dan produksinya.

Tantangan tersebut, seperti harga komoditas dan produktivitas rendah serta pengelolaan lahan perkebunan belum dijalankan secara optimal. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya belum optimalnya sumber daya manusia (SDM).

“(Tantangan) harus dikerjakan secara bersama. Dekopi juga tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Semua yang berkepentingan harus secara bersama mengatasi masalah-masalah ini," katanya dalam webinar, Jumat (1/10).

Selain sinergi antarpihak, ucap mantan Menteri Pertanian itu, program yang terintegrasi dengan baik dan optimal turut menjadi kunci pengembangan kopi Tanah Air.

Pernyataan serupa disampaikan akademisi Institut Pertanian Stiper Yogyakarta, Poerwadi. Menurutnya, petani kopi perlu mengubah pola pikirnya dan bekerja sama dengan baik guna menghasilkan produk berdaya saing tinggi.

"Posisi tawar petani Indonesia masihlah relatif lemah. Kalau petani kita tidak bersatu, tidak bisa membangun ataupun mau membangun kelembagaan produksi ataupun lembaga bisnis, rasanya kita akan menghadapi tantang yang tidak mudah," tuturnya.

“Kalau petani masih berpikir sendiri-sendiri, maka akan sulit ke depannya. Tidak akan bisa bertahan jika pola berpikirnya masih sendir-sendiri," tambahnya.

Selain itu, sambung Poerwadi, kopi Indonesia haruslah berkelanjutan (sustainability) karena akan membangun kesejahteraan petani; menyiapkan lapangan kerja; serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sponsored

Untuk mewujudkannya, dirinya menyarankan dengan membuat platform ataupun kelembagaan petani yang kuat dan kompak baik terkait produksi maupun bisnis. Produksi yang tersistematis dan baik juga perlu dilakukan sehingga melahirkan kopi berkualitas dan berdaya saing.

Poerwadi melanjutkan, manajerial menjadi masalah petani kopi lainnya. Meskipun kerja sama di awal sudah berjalan baik dan menghasilkan, tetapi akan sia-sia jika tanpa manajemen yang baik. Karenanya, kepercayaan antarpetani dan lembaga ataupun pengusaha haruslah dibangun dengan baik.

“Saya melihat inti dasarnya satu, mereka tidak memiliki kapasitas pengembangan manajemen, sistem informasi manajemen yang baik. Tidak bisa menjaga trust. Oleh karena itu, dengan digitalisasi dapat membantu," paparnya.

Bagi Poerwadi, teknologi yang berkembang pesat dapat membantu petani kopi dalam mengatasi masalah tersebut. Digital platform dinilai bisa menjadi pintu masuk membangun sistem informasi manajemen kelembagaan petani yang kredibel, bersih, dan jelas agar melahirkan kepercayaan.

“Kelembagaan, menurut saya, menjadi hal yang paling utama yang harus dibangun. Dan menurut saya, teknologi informasi dapat membantu itu karena dengan lembaga yang bagus, intervensi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan sangat mudah dicapai,” tandasnya.

Berita Lainnya
×
tekid