Departemen Kehakiman AS pada hari Jumat berencana untuk bertemu dengan para korban dari dua kecelakaan Boeing 737 MAX di Indonesia dan Ethiopia. Pertemuan diadakan menjelang tanggal persidangan 23 Juni yang akan dihadapi oleh pembuat pesawat tersebut, akan diadakan secara virtual.
Bulan lalu, CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan bahwa perusahaan tersebut sedang berdiskusi dengan Departemen Kehakiman untuk mencapai kesepakatan pembelaan yang direvisi dalam kasus penipuan kriminal yang berasal dari dugaan kesalahan penyajian pembuat pesawat tersebut kepada regulator tentang sistem kontrol penerbangan penting pada 737 MAX.
"Saya ingin ini diselesaikan secepat mungkin," kata Ortberg pada bulan April di sidang Senat AS. "Mudah-mudahan, kita akan segera memiliki kesepakatan baru di sini."
Pertemuan virtual hari Jumat akan memberikan kesempatan kepada keluarga korban untuk berunding dengan Departemen Kehakiman, tetapi surat tertanggal Rabu tidak mengungkapkan informasi terbaru apa pun dalam kasus tersebut.
Boeing menolak berkomentar. Departemen Kehakiman tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Riwayat insiden
Juli lalu, Boeing setuju untuk mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi penipuan kriminal setelah dua kecelakaan fatal 737 MAX pada tahun 2018 dan 2019 di Indonesia dan Ethiopia dan membayar denda hingga US$487,2 juta.
Kecelakaan dialami maskapai Lion Air tahun 2018 dan maskapai Ethiopian Airlines tahun 2019 lalu telah menewaskan total sedikitnya 346 orang.
Kesepakatan pembelaan itu juga mencakup pengeluaran sebesar US$455 juta untuk meningkatkan praktik keselamatan dan kepatuhan selama tiga tahun masa percobaan yang diawasi pengadilan serta penunjukan pemantau independen selama tiga tahun.
Kerabat korban kecelakaan mengatakan bahwa kesepakatan itu adalah kesepakatan "manis" yang gagal meminta pertanggungjawaban Boeing atas kematian orang-orang yang mereka cintai. Kedua kecelakaan itu menyebabkan pesawat terlaris itu dilarang terbang selama 20 bulan dan merugikan Boeing lebih dari US$20 miliar.
Kesepakatan pembelaan tahun 2024 akan mencap Boeing sebagai penjahat yang dihukum karena berkonspirasi untuk menipu Administrasi Penerbangan Federal tentang masalah perangkat lunak pada sistem kontrol penerbangan selama sertifikasi MAX.
Pada bulan Mei 2024, DOJ menemukan Boeing telah melanggar perjanjian tahun 2021 yang melindunginya dari tuntutan atas kecelakaan tersebut. Jaksa kemudian memutuskan untuk mendakwa Boeing secara pidana dan menegosiasikan kesepakatan pembelaan saat ini.
Keputusan tersebut menyusul ledakan panel pintu pada pesawat 737 MAX 9 milik Alaska Airlines yang baru pada Januari 2024 yang kehilangan empat baut kunci.
Bulan lalu, Boeing mencapai penyelesaian dengan keluarga dua orang yang meninggal dalam kecelakaan pesawat 737 MAX milik Ethiopian Airlines tahun 2019 pada malam menjelang persidangan.(reuters)