sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rendah, ekonom soroti konsumsi rumah tangga hingga belanja pemerintah 

"Jadi, memang ada pattern yang perlu diwaspadai mulai kuartal IV-2022."

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Senin, 13 Feb 2023 14:15 WIB
Rendah, ekonom soroti konsumsi rumah tangga hingga belanja pemerintah 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 mencapai 5,3% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan 2021 yang sebesar 3,69% (yoy). Bahkan, menjadi yang tertinggi sejak 2013, yang saat itu mencatatkan pertumbuhan 5,7% (yoy).

Sayangnya, pertumbuhan ini imbas dari "durian runtuh" harga komoditas atau melonjaknya harga komoditas secara global yang merupakan faktor eksternal. Sementara itu, faktor internal pertumbuhan ekonomi nasional justru masih di jauh dari harapan.

Meski demikian, menurut Direktur Eksekutif Centre of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, pertumbuhan domestik tersebut masih lebih baik dibandingkan saat pandemi Covid-19 pada 2020-2021.

"Faktor domestik, seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah, itu sebetulnya kalau kita lihat secara rata-rata pertumbuhannya di 2022 dibanding sebelum pandemi, masih di bawah rata-rata. Apalagi, belanja pemerintah, itu malah terkontraksi minus," katanya kepada Alinea.id, Selasa (13/2).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada 2019 tercatat 5,04% (yoy), sedangkan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 4,46% (yoy) dan belanja pemerintah 3,72%. Seluruh komponen pengeluaran tersebut turun, masing-masing 4,93% (yoy), 3,87% (yoy), dan (-) 4,51% (yoy).

Faisal pun meminta mewaspadai perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2022 lantaran hanya tumbuh 5,01% (yoy) selain komponen pengeluaran masih di bawah rata-rata tahun sebelum pandemi. Padahal, sempat mencapai 5,73% (yoy) pada kuartal III-2022.

"Jadi, memang ada pattern yang perlu diwaspadai mulai kuartal IV-2022. Konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi mengalami perlambatan yang lebih tajam. Ini sekali lagi dibantu oleh ekspor dan impornya yang drop," ujarnya.

Faisal melanjutkan, adanya tren pelambatan pertumbuhan impor menjadi tanda perekonomian domestik ada masalah selain membuat pertumbuhan ekonomi positif. Seperti diketahui, impor pada kuartal III-2022 tumbuh tinggi sebesar 22,98% (yoy) dan melambat menjadi 6,25% (yoy) pada kuartal IV-2022.

Sponsored

"Kalau impornya drop, tentu efeknya pertumbuhan ekonomi naik positif. Tapi, sebetulnya itu bisa jadi tanda-tanda bahwa perekonomian domestik sedang ada masalah. Biasanya kalau sampai impor barang produksinya mengalami penurunan, dan ini terjadi di kuartal IV-2022," tuturnya.

Permasalahan tersebut, menurut dia, tidak terlepas dari kondisi global, seperti Amerika dan Eropa. Selain itu, adanya kebijakan kenaikan harga BBM subsidi pada September dan inflasi yang naik.

Berita Lainnya
×
tekid