close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani (tengah), menyampaikan, kondisi perekonomian global membaik sehingga PMI manufaktur berada di zona ekspansif. Alinea.id/Erlinda PW
icon caption
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani (tengah), menyampaikan, kondisi perekonomian global membaik sehingga PMI manufaktur berada di zona ekspansif. Alinea.id/Erlinda PW
Bisnis
Selasa, 14 Maret 2023 20:52

Ekonomi global membaik, PMI manufaktur di zona ekspansif

Kendati demikian, Sri Mulyani mengingatkan, harga komoditas global masih tidak pasti (volatile).
swipe

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, menyatakan, kondisi perekonomian negara maju mulai membaik. Sebab, Purchasing Manager's Index (PMI) masuk zona ekspansif meskipun masih di bawah level 50.

"Hanya satu negara maju yang sudah menembus angka ekspansif, yaitu Tiongkok yang menembus 51,60," katanya dalam konferensi pers "APBN Kita" di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Selasa (14/3).

Sri Mulyani melanjutkan, posisi PMI Amerika Serikat mulai naik menjadi 47,3. Sementara itu, skor PMI Eropa melambat, tetapi masih ekspansi sebesar 48,5. Adapun rata-rata global di level 50.

"Ini menggambarkan bahwa kegiatan manufaktur global sudah mulai membaik. Tentu salah satunya disumbang oleh Tiongkok yang membaik signifikan," tutur dia.

Kondisi PMI Indonesia, menurut Sri Mulyani, juga menunjukkan perbaikan lantaran berada di zona ekspansi (51,2). Pun demikian dengan beberapa negara Asia, seperti India 56,3, Vietnam 51,2, dan Malaysia 48,4.

"Vietnam menjadi perhatian karena sempat mengalami kondisi kontraksi PMI, sekarang sudah mulai membaik. Dan untuk Malaysia, meskipun masih di zona kontraktif, tapi trennya mulai membaik," paparnya.

Kendati demikian, Sri Mulyani mengingatkan, harga komoditas global masih tidak pasti (volatile). Dicontohkannya dengan harga gas alam yang sempat turun signifikan mulai membaik, sedangkan harga batu bara terus menurun.

"Batu bara yang menjadi salah satu penyumbang ekonomi negara mengalami koreksi yang sangat dalam. Sekarang ada di kisaran US$241,7 per metric ton, padahal sebelumnya sempat mencapai US$438,3 per metric ton," ungkapnya.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan