sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indef: Pertumbuhan ekonomi naik, tetapi masyarakat menderita

Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4%, tetapi ketimpangan cenderung makin lebar.

 Ghina Mita Yuniarsih
Ghina Mita Yuniarsih Rabu, 24 Agst 2022 22:36 WIB
Indef: Pertumbuhan ekonomi naik, tetapi masyarakat menderita

Dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun, Indef (Institute for Development of Economics and Finance) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum-Kementerian Dalam Negeri mengadakan Seminar Nasional, bertajuk “Refleksi 77 Tahun Kemerdekaan: Agenda Politik 2024 Modal Bagi Penguatan Ketahanan Ekonomi Nasional”.

Pendiri dan ekonom senior Indef Didin S Damanhuri mengatakan, kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,4%, tetapi ketimpangan cenderung makin lebar. Itu menggambarkan kesejahteraan ekonomi di Indonesia tidak berjalan dengan baik dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

“Dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di atas 5%, lalu seolah-olah kesejahteraan masyarakat otomatis meningkat. Padahal tidak seperti itu secara ekonomi-politik, karena masih tergantung dari distribusi PDB itu,” kata Didin S Damanhuri, yang dipantau secara daring, Rabu (24/8)  

Didin menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia cukup tinggi. Tetapi, hal ini mengakibatkan masyarakat yang berada di kelas bawah semakin miskin dan menurut data Forbes, hanya terkumpul 40 orang super kaya di Indonesia. 

“Jadi jangan gembira dulu karena terjadi pertumbuhan ekonomi di atas 5% tetapi masyarakat bawahnya semakin miskin dan yang tumbuh tinggi itu terakumulasi oleh orang super kaya yang hanya 40 orang menurut data dari Forbes,” ujar Didin.

Didin juga menambahkan, indeks oligarki dapat dikatakan sebagai faktor permasalahan ekonomi-politik. Hal ini dikarenakan ketimpangan aset yang ada.

“Dari penelitian Jeffrey Winters pada 2014 mengenai oligarki yang diukur dengan Material Power Index (MPI) disebutkan bahwa ASEAN paling tertimpang indeks oligarkinya, yang merupakan penyakit utama dari ekonomi-politik,” kata Didin.

Untuk diketahui, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan rasio gini sedikit meningkat pada Maret 2022.

Sponsored

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rasio gini pada Maret 2022 sebesar 0,384. Angka ini naik 0,003 poin dari posisi September 2021 yang masih 0,381, namun tidak mengalami perubahan jika dibanding posisi Maret 2021.

Adapun nilai rasio gini berkisar antara 0 sampai 1. Semakin angkanya mendekati 1, maka tingkat ketimpangan diasumsikan semakin tinggi.

Berita Lainnya
×
tekid