sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Industri Batam beralih gunakan robot

Robotisasi terpaksa dilakukan lantaran beban pengeluaran untuk mesin dinilai lebih murah ketimbang untuk menggaji tenaga manusia.

Satriani Ariwulan
Satriani Ariwulan Kamis, 07 Des 2017 17:56 WIB
Industri Batam beralih gunakan robot

Industri di Kota Batam, Kepulauan Riau mulai meninggalkan sumber daya manusia dan beralih menggunakan tenaga robot untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan.

"Kami harus kurangi tenaga kerja, tambah mesin, robotisasi," kata Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pengusaha Indonesia Kepulauan Riau Abidin Hasibuan di Batam, Kamis, seperti dilansir Antara.

Dia mengatakan robotisasi terpaksa dilakukan untuk efesiensi biaya produksi. Beban pengeluaran untuk mesin dinilai lebih murah ketimbang untuk menggaji tenaga manusia. Apalagi, dengan kenaikan Upah Minimum Kota 2018 yang menambah biaya produksi.

"UMK kami juga hati-hati. Dampaknya, kami mengurangi tenaga kerja, robotisasi. Sudah saatnya bergerak seperti itu," kata bos Sat Nusa Persada itu.

Menurut dia, UMK Batam tinggi, bahkan lebih tinggi ketimbang Johor Malaysia sehingga investor harus memutar otak mencari solusi demi menekan pengeluaran.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Batam Lukita Dinarsyah Tuwo memaklumi langkah yang diambil pengusaha dengan mengganti tenaga manusia dengan mesin.

"Mereka semua kalau ingin bersaing harus efesiensi 'cost' produksi. Kalau tutup rugi semua. Ini tren yang akan terjadi," kata dia.

Semua pihak harus bersiap diri, termasuk pemerintah. Dia mengatakan, karenanya BP mendorong potensi usaha baru yang menyerap banyak tenaga kerja.

Sponsored

"Kalau pengusaha beralih, mereka ingin efesiensi. Tapi kami harus mempersiapkan industri baru. Kemungkinan pengurangan ke industri lain,"kata dia.

BP Batam mendorong peralihan dari industri manufaktur ke industri pariwisata. Menurut dia, Batam memiliki potensi pariwisata yang besar, karena sumber daya alam yang bagus juga letaknya yang strategis berhadapan dengan Singapura.

Apalagi, berdasarkan catatan, industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara nomor dua, di bawah kepala sawit, kata dia.

Industri pariwisata memiliki turunan usaha yang banyak, seperti jasa hotel, restoran, transportasi, juga oleh-oleh.

Selain pariwisata, dia mengatakan Batam juga potensial untuk pengembangan usaha logistik, perbaikan dan perawatan pesawat terbang.

Senada dengan Lukita, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam Rudi Sakyakirti menyatakan perpindahan penggunaan tenaga kerja manusia ke mesin harus disikapi bijaksana.

"Perkembangan teknologi mengakibatkan kebutuhan pekerja berkurang. Dunia sudah menuntut itu," kata dia.

Pemerintah mempersiapkan peralihan tenaga kerja ke industri lain yang padat karya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid