close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi/foto Pixabay
icon caption
Ilustrasi/foto Pixabay
Bisnis
Rabu, 24 November 2021 15:05

Kemendag prediksi kinerja ekspor meningkat hingga akhir tahun

Kinerja ekspor Indonesia pada Q3 berkontribusi signifikan pada pemulihan ekonomi 2021.
swipe

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 3,51% (year on year/yoy) pada triwulan III-2021. Kenaikan tersebut dinilai akan mendorong pemulihan ekonomi.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan, Kasan, mengatakan PDB Indonesia didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 57,66% dari PDB tahun 2020, dan mencapai 53,09% pada Q3-2021.

"Oleh karena itu, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, maka daya beli masyarakat harus dijaga," ujar Kasan dalam webinar INDEF PEI 2021, Rabu (24/11).

Kemendag, lanjut Kasan, memprediksi kinerja ekspor Indonesia akan terus meningkat hingga akhir tahun 2021.Nilainya akan menyentuh di atas US$ 200 miliar. Sepanjang periode Januari-Oktober, ekspor Indonesia naik 41,8% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya dengan menyentuh angka US$ 186,32 miliar.

"Tahun ini, capaian sudah cukup tinggi, hingga akhir tahun ekspor diperkirakan bisa mencapai di atas US$ 200 miliar, sehingga itu menjadi capaian yang cukup memberi indikasi tingkat yang lebih tinggi dari yang pernah dicapai yaitu US$203 miliar pada tahun 2011 lalu," paparnya.

Ia melanjutkan, kinerja ekspor Indonesia pada Q3 berkontribusi signifikan pada pemulihan ekonomi tahun 2021. Ekspor non-migas pada Oktober naik 6,75% (month to month/mtm) atau mencapai nilai US$ 21 miliar, dan secara kumulatif mencapai US$ 176,47 miliar atau naik 41,26% (mtm).

Menurut Kasan, kenaikan tersebut tidak hanya disebabkan oleh harga komoditas namun juga perubahan pada struktur ekspor, di mana sebagian besar komponen ekspor berasal dari produk manufaktur.

"Terdapat sepuluh komponen utama dari ekspor non migas, di luar batu bara dan CPO, yaitu produk manufaktur, seperti besi baja, elektronik, otomotif, alas kaki. Sementara struktur yang ada sekarang kita akan dorong ke produk hilir supaya volatilitas harga komoditi bisa kita redam," kata Kasan.

Di samping itu, Bank Dunia memproyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2022, akan tumbuh mencapai 5%. Sedangkan, International Monetary Fund (IMF) memprediksikan dengan angka yang lebih tinggi yaitu 5,9%, serta asumsi makro 2022 yang meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5-5,5%.

Selanjutnya, Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,3% pada tahun depan. Hal ini didorong dengan terkendalinya kasus Covid-19.

Direktur Riset INDEF Berly Martawardaya mengatakan, penetapan proyeksi ini didasarkan pada kondisi ekonomi Indonesia, khususnya pada pengendalian Covid-19, dan kondisi ekonomi global, yakni adanya commodity supercycle atau periode di mana harga komoditas mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang.

"Berdasarkan kondisi tantangan global indonesia, kalkulasi dan proyeksi INDEF terkait pertumbuhan ekonomi tahun 2022 yaitu pada 4,3%," ujar Berly.

Sementara itu, nilai tukar rupiah diprediksi akan stabil pada angka Rp14.500 per dolar Amerika (USD). Hal itu didorong oleh semakin membaiknya kinerja ekspor. Selain itu, karena harga-harga barang tidak terimbas harga global maka tingkat inflasi juga akan tetap stabil pada level 3,5%.

"Tingkat bunga SUN 10 tahun sebesar 7%, di mana demandnya masih memadai. Untuk tingkat pengangguran terbuka tertolong dengan naiknya beberapa sektor ekonomi sehingga masih di angka 6%," jelas Berly.
 

img
Asyifa Putri
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan