sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

KSSK sebut stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga

Sri Mulyani memastikan meski tekanan ekonomi global meningkat, stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 02 Agst 2022 09:32 WIB
KSSK sebut stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga

Stabilitas sistem keuangan Indonesia disebut masih dalam kondisi terjaga di tengah tekanan perekonomian global yang meningkat, seperti inflasi global, perang Rusia-Ukraina, dan agresifnya respon pengetatan kebijakan moneter global. Pernyataan ini disampaikan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) usai melaksanakan rapat koordinasi untuk kuartal II-2022 pada Jumat (29/7) di Kementerian Keuangan.

“Daya tahan resiliensi stabilitas sistem keuangan atau SSK menjadi pijakan KSSK untuk tetap optimis, namun juga terus mewaspadai berbagi tantangan dan risiko yang sedang dan akan terus terjadi dan akan kita hadapi,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Youtube Kementerian Keuangan, Senin (1/8).

Sri menyampaikan, ada beberapa isu yang menjadi perhatian KSSK saat ini, yaitu pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya dan meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

“Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina dan meluasnya kebijakan-kebijakan proteksionisme di bidang pangan,” ujar perempuan yang kerap dipanggil Srimul itu.

Lebih lanjut, dia juga menyampaikan berbagai negara saat ini, terutama Amerika Serikat, telah merespon naik dan tingginya inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan juga lebih agresif di dalam meningkatkan suku bunganya. Hal ini menyebabkan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat tertahan dan meningkatkan terjadinya fenomena stagflasi.

Menurut Srimul, pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Cina, dan India, diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka sebelumnya, bahkan disertai dengan meningkatnya kekhawatiran resesi Amerika Serikat.

“Seperti diketahui, Bank Dunia dan IMF sudah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan global tahun 2022, masing-masing dari 4,1% menjadi 2,9% yang dilakukan Bank Dunia, dan dari 3,6% menjadi 3,2% menurut IMF,” tuturnya.

Srimul juga menjelaskan, saat ini tekanan nilai tukar di berbagai negara berkembang terus terjadi, termasuk di Indonesia. Ini dipicu adanya ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan dari kebijakan moneter, sehingga capital outflow khususnya investasi portofolio terus terjadi.

Sponsored

Meski demikian, Srimul meyakinkan, perbaikan perekonomian dalam negeri di kuartal II-2022 diproyeksikan akan berlanjut. Penopang keberlanjutan ini adalah peningkatan konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor. Berbagai indikatornya adalah Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 15,4% (yoy), kinerja sektor manufaktur tetap positif sebagaimana tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih ekspansif di level 50,2 dan menguat kembali pada Juli 2022 ke level 51,3.

“Konsumsi listrik baik industri maupun bisnis juga tumbuh positif. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat ke level 128,2 dari posisi Maret 2022 di level 111,0 yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek pemulihan ekonomi,” ujar Sri.

Selanjutnya, KSSK akan terus mencermati perkembangan berbagai faktor risiko global maupun domestik dan melakukan langkah-langkah kebijakan yang terkoordinasi untuk menjamin optimalisasi dan efektivitas kebijakan dalam menjaga SSK, serta mendukung penguatan pemulihan ekonomi. KSSK juga diagendakan akan kembali melaksanakan rapat berkala pada Oktober 2022.

Berita Lainnya
×
tekid