sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mahkota Group lepas saham di harga Rp200-250

Perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit ini akan memperoleh dana sebesar Rp 140,74 miliar-Rp 175,92 miliar dari IPO.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Jumat, 22 Jun 2018 14:35 WIB
Mahkota Group lepas saham di harga Rp200-250

PT Mahkota Group Tbk. akan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) sebanyak-banyaknya sebesar 703,68 juta saham atau setara dengan 20% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.

"Harga penawaran Rp 200-Rp 250 per saham," ujar Direktur Utama PT Mahkota Group Tbk, Usli Sarsi, di Jakarta, Jumat (22/6).

Dengan target dana itu, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit ini akan memperoleh dana sebesar Rp 140,74 miliar hingga Rp 175,92 miliar.

Dana hasil IPO itu, sekitar 60% di antaranya digunakan untuk pengembangan industri hilir. Melalui investasi ke entitas anak PT Mutiara Unggul, yaitu PT Intan Sejati Andalan yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik refinery dan kernel crushing plant yang berlokasi di Dumai, Riau.

"Tujuan pembangunan pabrik Refinery dan Kernel Crushing Plant untuk memberi nilai tambah bagi Perseroan," ujar Usli.

Nantinya, perusahaan berencana melakukan sistem pemurnian yang dapat menghasilkan produk turunan olein atau minyak makan dan sterin atau bahan baku margarin dan oleochemical. Dengan demikian, dapat meningkatkan pendapatan.

Sementara, sebesar 40% perolehan dana akan digunakan sebagai modal kerja ke entitas anak, yaitu PT Mutiara Unggul, PT Berlian Inti Mekar dan PT Intan Sejati Andalan.

Masa penawaran umum akan dilakukan pada 3-9 Juli 2018. Sementara pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 12 Juli 2018.

Sponsored

Dalam aksi korporasi ini, perusahaan telah menunjuk PT Panin Sekuritas Tbk. sebagai penjamin pelaksana emisi efek. 

Usli mengaku optimistis di tahun ini pertumbuhan perusahaan perkebunan kelapa sawit cukup baik. Dirinya memprediksi produksi CPO di Indonesia akan tumbuh 7% year-on-year (yoy) di 2018.

"Indonesia merupakan negara produsen CPO terbesar di dunia. Apalagi sekarang Uni Eropa sudah mencabut larangan sawit hingga 2030. Ini tentunya menjadi prospek yang baik," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid