sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pembangunan Stadion BMW terkendala impor baja dari China

Proyek Jakarta International Stadium merupakan salah satu program yang digagas oleh Gubernur DKI Jakarta

Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Rabu, 07 Okt 2020 09:29 WIB
Pembangunan Stadion BMW terkendala impor baja dari China

PT Jakarta Propertindo menyampaikan, pembangunan Jakarta Internasional Stadium atau stadion BMW diperkirakan tidak sesuai target pada tahun ini. Alasannya karena pembangunan stadium tersebut terkendala impor material barang konstruksi dari luar negeri. 

Corporate Communication Jakarta Propertindo (Jakpro) Arnold Kindangen mengatakan, salah satu yang menjadi kendala adalah impor material baja dari China yang digunakan untuk pembangunan atap stadium. 

"Untuk target tahun ini sempat ada kendala, terkait impor barang. Seharusnya progres sesuai rencana, tetapi ternyata terkendala khususnya untuk material bajanya. Itu impor dari China," kata Arnold di Jakarta, Rabu (7/10)

Alokasi budget untuk atap kira-kira hampir 25% dari total biaya pembangunan biaya stadion. 

Terkendalanya impor baja lantaran pemerintah memiliki kebijakan untuk memberdayakan industri lokal, sehingga pemerintah membatasi jumlah impor baja. 

"Misalnya kami butuh 5000 ton, kemudian yang ke luar izinnya itu hanya 200 ton," lanjutnya. 

Namun demikian, Arnold berharap akan ada penambahan kuota baja kembali sehingga pembangunan stadion dapat jalan kembali dan sesuai target. 

"Ini lagi berproses. Semoga dalam satu atau dua bulan ini, bisa kami kejar untuk impornya," ucap dia.

Sponsored

Penting diketahui, proyek Jakarta International Stadium merupakan salah satu program yang digagas oleh gubernur DKI Jakarta, dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp4,4 triliun dengan target selesai pada 2021. 

Karenanya, Pemprov DKI mengusulkan Rp3,646 triliun anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk pembangunan JIS. Anggaran tersebut bakal digunakan dalam dua tahap. Pada 2020 diusulkan Rp1,182 triliun dan 2021 sebesar Rp2,454 triliun.

Berita Lainnya
×
tekid